P dan S


Ponidi mengisap rokoknya dalam-dalam dan dihembuskan asapnya dengan keras ke udara seperti hendak melepaskan rasa marahnya. Sulastri tertunduk sambil terus berusaha mengusap airmatanya dengan tissu yang sudah banyak berserakan di lantai. Mereka baru saja berdebat keras. Tepatnya bertengkar hebat.

Setelah menghabiskan satu batang rokok kreteknya tiba-tiba Ponidi berdiri dan duduk di samping Sulastri, "Maafkan aku atas perbedaan ini", katanya sambil meraih tangan Sulastri.

"Aku juga minta maaf Kang, untuk kekerasan hatiku", kata Sulastri menyambut jabatan tangan Ponidi.

Mereka, Sulastri dan Ponidi, adalah dua pribadi yang sama. Sama-sama keras kepala. Keras hati. Hampir disetiap pertengkaran mereka tidak pernah ada penyelesaian, kecuali kata "maaf". Malam ini adalah pertengkaran yang ke seratus lima kalinya dalam masa pernikahan mereka yang baru berjalan 3 tahun.

Esok paginya, mereka berdua seperti dua orang yang baru saling kenal. Tidak ada 'kebersamaan'. Ponidi menyiapkan kopi kentalnya sendiri pagi ini, dan Sulastri mencuci motornya sendiri. Tidak ada canda tawa seperti hari-hari kemarin.

Ketika berpapasanpun mereka seolah tak berani saling tatap. Mungkin terasa ada rasa asing diantara mereka setelah lelah melalui pertengkaran demi pertengkaran.

Mereka berdua menyadari perbedaan yang tak mungkin mereka satukan. Perbedaan pandangan hidup, berbedaan cara memandang satu masalah, dan masih banyak perbedaan lain yang selalu jadi pemicu keributan antara mereka. Tapi entah kenapa di antara mereka masih ada rasa saling mencinta ?

Ponidi dan Sulastri, asyik dengan kegiatan mereka, dalam dunia mereka sendiri-sendiri. Entah apa yang ada dalam benaknya....

0 komentar: