..tidur panjang
Rindu Hitam
p u l a n g
musim kini berlalu berbagai cerita merayu
berpijak di malam yang bertalu
masihku memikirkan dirimu
ku rasakan waktu berlalu tanpa senyummu
sepi yang tlah penuhi hariku
hari ini sayang aku akan pulang
berlabuh di dekap cintamu
karna pelukmu akan selalu
membuat diriku jatuh cinta
dalam riuh suasana menyapa
kian menggoda memanja
semua itu tak akan berarti
selama ku jauh dari dirimu
ku angankan waktu berlalu dengan senyummu
sepi yang tak penuhi hariku
pernahkah kau merasa
berdiri diri tempat yang sama
seperti saat ini ku ada
rindukan nyaman ku ingin sendiri pulang
- 'pulang' Andien -
Puisi Buat Kekasih Hidupku
judulnya entah..
kematian..
(kali ini) aku membiarkanmu pergi...
Aku ini seni
Aku ini lantunan simfoni
Guratan kata yang tak berpola
Dan aturan-aturan warna lensa
Aku adalah malam yang tidak menyapa selamat malam
Dan pagi yang tak kunjung bertemu mentari untuk mengucapkan "selamat pagi".
Aku ini AKU
Yang kata mereka tidak ada
beloved Kimi n Ken
Proses Melupakan mu (dengan secangkir kopi)
like this !
Apa Rasa Mimpimu ?
Debar
(semacam) Curcol
..aku (mungkin) bukan perempuan yg kau inginkan..
..menunggu
Hi !
...apapun
dan....
ter - Lastri
sia sia
seekor kunang-kunang hinggap di pangkuanku
aku lihat matanya sembab,
butiran airmata masih menempel di sudut matanya
"Mengapa kamu menangis ?"
"Aku telah kehilangan cahaya ", katanya
Aku ambil sebuah lilin ulang tahun kecil berwarna merah,
Aku nyalakan,
Dan aku tempelkan di badannya
Ia tersenyum,
mencium lembut ujung hidungku
"Terima kasih, cantik", katanya, lalu terbang
Esok paginya,
aku melihat ia mati di depan kamarku
mati terbakar (cahaya) lilin yang aku berikan
semalam,
(terasa) asing
Tapi getaran-getaran itu yang menyakinkanku bahwa itu kamu.
Ada gurat sedih dalam tatapmu, dalam tuturmu - yang bukan kepadaku -
(lalu, untuk apa kamu lakukan ini untuk aku ?)
#selfnote
Surat (1)
Yth. Kang Ponidi
di mana saja
Kang,
Aku ngerti dan sangat tahu, bahwa surat ini pasti tidak pernah sampai di tempatmu.
Tapi ndak apa-apa, aku pengen nulis (rasanya kepingin ngobrol sih) sama kamu.
Semenjak kamu ndak ada, aku mulai merasakan kesendirian. Memang benar ya Kang, yang orang bilang, bahwa 'sesuatu itu akan lebih berarti kalau sudah tidak ada'...
Tapi masalah kita ini kadang justru membuat aku jadi lebih sabar dan bisa menahan hati.
Aku jadi punya banyak waktu buat merenung, intropeksi diri. Apa yang kurang dari diriku.
Aku ndak pengen mikir apa yang kurang dari orang lain. Aku tau Kang, aku harus memperbaiki diri dulu baru menuntut orang lain menjadi baik (menurut kacamataku)
Kang,
Mungkin malam ini kamu sedang makan pecel lele ya dengan, siapa Kang ? teman SMA mu itu ? Su Marni ?. Ah aku bisa membayangkan pasti asyik ya bisa makan berdua.
Kamu inget Kang, dulu kamu suka bilang
Inget nggak Kang ?"Rasa cemburu itu bisa bikin pengen muntah".
Gara-gara itu kan yang bikin kita jadi dekat ?
Ah, sekarang aku nggak bisa memaksa kamu jadi ingat ya Kang. Aku bukan siapa-siapa kamu lagi....
Kang,
Tapi apapun pilihan hidupmu, aku selalu mendoakan kebahagianmu, kesuksesanmu. Itu semua karena aku masih dan akan selalu menyayangimu..
Kang,
Besok pagi aku mulai kerja lagi. Jadi Kasir di M****** Dept. Store, doakan aku ya Kang, semua bisa berjalan lancar. (ah, masih maukah kamu mendoakan aku ?)
Sudah ya Kang, sudah malam. Salam kagem bapak dan ibu ya Kang...
Aku,
Sulastri
P n S (dan S)
welcome back
Fuih, akhirnya liburan benar-benar telah usai. Alhamdulilah semua berjalan dengan lancar, hati senang, dan yang penting persaudaraan tambal kental !. Hohoho...
P dan S
Ponidi mengisap rokoknya dalam-dalam dan dihembuskan asapnya dengan keras ke udara seperti hendak melepaskan rasa marahnya. Sulastri tertunduk sambil terus berusaha mengusap airmatanya dengan tissu yang sudah banyak berserakan di lantai. Mereka baru saja berdebat keras. Tepatnya bertengkar hebat.
Setelah menghabiskan satu batang rokok kreteknya tiba-tiba Ponidi berdiri dan duduk di samping Sulastri, "Maafkan aku atas perbedaan ini", katanya sambil meraih tangan Sulastri.
"Aku juga minta maaf Kang, untuk kekerasan hatiku", kata Sulastri menyambut jabatan tangan Ponidi.
Mereka, Sulastri dan Ponidi, adalah dua pribadi yang sama. Sama-sama keras kepala. Keras hati. Hampir disetiap pertengkaran mereka tidak pernah ada penyelesaian, kecuali kata "maaf". Malam ini adalah pertengkaran yang ke seratus lima kalinya dalam masa pernikahan mereka yang baru berjalan 3 tahun.
Esok paginya, mereka berdua seperti dua orang yang baru saling kenal. Tidak ada 'kebersamaan'. Ponidi menyiapkan kopi kentalnya sendiri pagi ini, dan Sulastri mencuci motornya sendiri. Tidak ada canda tawa seperti hari-hari kemarin.
Ketika berpapasanpun mereka seolah tak berani saling tatap. Mungkin terasa ada rasa asing diantara mereka setelah lelah melalui pertengkaran demi pertengkaran.
Mereka berdua menyadari perbedaan yang tak mungkin mereka satukan. Perbedaan pandangan hidup, berbedaan cara memandang satu masalah, dan masih banyak perbedaan lain yang selalu jadi pemicu keributan antara mereka. Tapi entah kenapa di antara mereka masih ada rasa saling mencinta ?
Ponidi dan Sulastri, asyik dengan kegiatan mereka, dalam dunia mereka sendiri-sendiri. Entah apa yang ada dalam benaknya....