Pada  akhirnya harus disadari
 bahwa memang rasa tak lagi ada
 terima kasih untuk kesekejapan yang indah
 akan tercatat dalam ruang jiwa yang dalam

Apapun namanya...







Ah entah kemana harus kutebar semua rasa
 enyahlah, agar aku dapat tidur nyenyak





penari

Maafkan aku yang suka menari di depanmu

 berjingkat...
 melempar sampur...
 dan terkadang mengerling manja....


 sementara, kamu aku minta diam mematung
 tak perlu rasa kala menatapku

 tak perlu telinga untuk mendengar desahku


Maafkan aku yang suka menari di depanmu

Karena aku nyaman ada di dekatmu



#dalam.tarian.jiwa









distraksi

Ada tebaran cinta dimana-mana
 pijarnya menyilaukan mata

Godanya memabukkan rasa

 ku coba mengalihkan peristiwa
menantikan kenyataan yg tak kunjung usai
 sampai ujung waktu tiba

hingga kujatuh tenggelam dalam keresahan...

Kucoba untuk
memalingkan  rindu

 mungkin begitu?

Cuma ada satu pesan, jangan pernah jatuh cinta padaku..
















virtual ?

#I love you for sentimental reason,
I hope you do believe me
I'll give you my heart...

I think of you every morning
Dream of you every night
Darling, I'm never lonely
Whenever you are in sight..#

 .............................

cinta memang tak perlu alasan, cukup alasan yang sentimental
cinta jaman sekarang bisa saja virtual, seperti saat kamu memintaku jadi pacarmu, sedangkan kita tak pernah bertemu
Tapi itu benar cinta...cinta yang benar-benar....

ingat mainan tamagochi ? memelihara binatang peliharaanpun bisa virtual, dan itu menimbulkan rasa sayang kan...?

Cinta memang aneh, tak selalu harus berwujud, tak selalu harus berujung, tak selalu harus bersentuh.. 

Cinta sendiri itu virtual, karena tak berwujud, tak bisa disentuh. Dia bebas terbang ke mana dan berhenti di mana..

Jadi bila suatu saat kamu bilang, "maukah kau jadi istri virtualku ?", aku harus jawab apa ya ?????????

#aneh!

...............!

when I had nothing else. I had the piano, 
                                                                    crayon 
                                                                                and 
                                                                                            Allah. 

And you know what ? 

They were all I needed................

...ada di sana

sudikah kiranya kau
ijinkan ku sejenak berkunjung di hatimu
untuk pastikan aku ada di sana....

rindu kamu

Bayangmu ingin kucumbu

Tapi tersapu oleh sadarku

Nyatamu kian merayu terbius aku hingga

 membuatku membeku....
 tapi ku terharu, kau terpaut oleh waktu 






#tuhan, bantu aku. Aku rindu..






pesanmu

"Tetaplah membaca al qur'an", pesanmu

Percayalah, aku akan lakukan,
karena cintamu dan cintaku pada tuhan, sepadan..




tanya ?

Apakah tak bisa bila jiwa menjatuhcintai jiwa ?
Apakah tak bisa jatuh cinta setengah mati tanpa ada rasa di raga ?
Apakah tak bisa, mencinta tanpa perlu bertatap muka ?
Apakah tak bisa, merindu pada satu rasa yang memang ada ?

Dalam mulia kasih tuhan, cinta bisa menjadi apa saja....


#tanya.diri

sayang

"sayang, aku akan selalu menunggumu di taman itu", bisikku ketika kamu bergegas pergi

Tiba-tiba saja kau pergi, tanpa sempat ku beri kecupan lembut seperti biasanya

Pada malam, aku hanya bisa titipkan pesan,

"Sayang, aku akan selalu punya cinta untukmu, aku menunggumu''

Ps: perginya jangan lama-lama ya, aku kangen suaramu

tak pernah setengah hati...


ajeng

"Jeng,  kamulah semestaku
 kau tangkap satu dari ribuan kataku

 kau tangkap kata dengan hatimu

 jeng, kalau saja kau tau
 apa yang sudah tuhan siapkan buatku
 dari satu kata yang kau tangkap dengan hatimu"

 (al maidah 32;al hajj 46; huud 29&51;.asy syu'araa 109, 127, 145, 164, 180; yasiin 21)


 #puisi indah dari sahabat baik. Terima kasih untuk telah memberi warna dalam hidupku#
 #semoga berkenan dimuat dalam blog ini










buat teman khayalku

Temanku sedang pergi,
 pergi menata hatinya yang sedang kacau
 
aku mengijinkannya,
Karena aku tak bisa membantunya

 teman terbaik ku sedang pergi
Pergi meminta ijin kepada tuannya (yang juga tuanku)
Agar dia bisa,membawaku bermain bersama

Teman tercintaku sedang pergi
 pergi dalam waktu yang aku tak tahu berapa lama

Tapi aku sudah bilang padanya
 aku akan selalu menunggunya
 di sini, di taman mulia

Teman hatiku sedang pergi
 dan aku di sini menangis kehilangannya...


Temanku telah pergi

                          Pergi
                                                                pergi

                                          Pergi,



-meninggalkan aku bersama lara-


























pertengkaran



Kata tak beraturan, muka masam, puisi yang terkoyak

Hati yang luka, rindu yang tak lagi menggebu, kitiran yang tak lagi menggemaskan

 rayuan yg tak lagi mesra....

-sisa pertengkaran-
 cerita  2 hati dalam khayal






luka

Terima kasih untuk luka yg kau sayat

 kau sayat di tempat yang sama

Dan memaksaku menyakini
 bahwa tuhan adalah sumber segala
 lara dan cinta...

 ambil aku tuhan
 lakukan saja apa yang kau mau

Aku milikmu...
















kamu


Tak pernah bertemu 
tapi aku sangat mengenalmu

Tak pernah tersentuh
Tapi aku bisa lebur bersamamu

.............

Aku menemukanmu di antara larik-larik suara Tuhan
Kau tangkap tanganku 
Dan bawa aku ke tempat nyaman
penuh harum bunga surga

Aku mengagumimu dengan cara yang tak bisa kukatakan
Entah kamu berada disebelah mana di sudut hatiku
Tapi kamu -selalu- ada

...............

Aku tak (akan) pernah menemuimu
Tapi aku sangat  mengenalmu
Aku tak (akan) pernah kau sentuh
tapi aku bisa lebur bersamamu



-jogja, di atas langit-

Ajaib Hati

Matahari sudah tidak tinggi, aku bergegas ke toko bunga untuk membeli seikat besar bunga krisan dan beberapa tangkai sedap malam.

Hari ini tepat 6 bulan mama meninggalkan kami. Rasa kehilangan itu sudah mulai membiasa dalam diri.

"Bunganya dirangkai biasanya mbak", kata mbak pedagang bunga

"Dirangkai bulat saja mbak, trus di tengahnya di sisipi bunga sedap malam", kataku

Begitu selesai, segera akau melajukan mobilku ke arah makam mama. Aku sendirian.

Begitu sampai di depan gerbang makam mama, aku lihat mobil warna putih terparkir rapi. Dalam hati aku bertanya, siapa ya ? tapi sudahlah ini kan makam umum, siapa tahu ada juga keluarga yang berziarah sore ini.

Sampai depan  makam, aku terkejut. Di depan makam mama ada seorang laki-laki setengah baya khusyuk berdoa. Di tangan kirinya membawa mainan semacam kitiran dan tangan kanannya membawa setangkai mawar merah dan ada kulihat secarik kertas, entah apa.

"Assalamualaikum", kataku menyapa

Laki-laki itu agak kaget, dan menjawab dengan terbata, "wa alaikum salam"

Rasa heran masih menyelimutiku, apa mungkin salah makam bapak ini, pikirku.

"Bapak siapa ?", kataku pelan-pelan takut menyinggung perasaannya

Laki-laki menghentikan doanya dan menatapku tajam. Dia berdiri dan mengulurkan tangannya.

"Saya Imam", katanya pelan

"Duduklah"

Aku duduk tepat didepannya, disamping makam mama.

"Bapak kenal dengan mama ?, bapak dari mana ?", bertubi aku bertanya

Dia menghela napas panjang, menatapku dan berkata,

"Aku kenal ibumu, ibumu adalah puisi kehidupanku"

"Kami berkenalan 4 tahun yang lalu, lewat larik-larik puisi. Ibumu membaca puisiku dan dia tertarik. Kami berkenalan dan sejak saat itu kami selalu berbincang. Tentang puisi, tentang makna qur'an dan tentang apa saja, juga tentang mainan ini. Kitiran."

"Ibumu pengagum kitiran dan aku pemainnya. Hampir setiap hari kami bercakap. Tapi kami berjanji tidak akan pernah bertemu juga tidak akan pernah bercakap di telepon. Kami sepakati janji kami itu."

"Semakin lama kami bersama, ada rasa di antara kami, aku mengaguminya dan mungkin ibumu mengagumi aku. Kami saling tahu rasa kami, tapi kami tak mau mengingkari janji kami"

"Aku memujanya, dia adalah perempuan dengan hati terlembut. Hati yang lembut tapi kuat"

Laki-laki itu telihat menahan sekuat tenaga airmatanya. Dia menghela napas panjangnya, dan melanjutkan ceritanya.

"Ibumu tak pernah cerita tentang sakitnya. Dia selalu bisa menjadi penyemangat jiwa dengan canda tawanya dengan cerita-ceritanya".

"Hingga akhirnya 6 bulan yang lalu, sapaanku tidak lagi dijawab ibumu. Aku menunggu status barunyapun tak lagi ada. Aku nggak tahu apa yang terjadi"

"Aku nggak tahu harus bertanya kepada siapa tentang ibumu, aku hanya bisa mendoakannya. Walaupun di hati kecilku sedih luar biasa. Aku kehilangan penyemangatku, aku kehilangan cerita-cerita indah, aku kehilangan puisiku"

"Sampai kemarin malam aku mendapat berita bahwa ibumu sudah 'pergi' 6 bulan yang lalu. Aku berantakan. Aku seperti kehilangan sebagian hatiku. Kami tak pernah bertemu, tapi kami sangat mengenal, kami sangat dekat".

Laki-laki itu kini tak bisa membendung airmatanya. Dia terdiam. Aku pun tak terasa meneteskan airmata.

"Ibumu pun sering bercerita tentang kamu, adikmu, ayahmu. Dia sangat mencintai kalian. Kalian adalah dedikasi hidupnya"

Tiba-tiba dia mengalihkan pembicaraan, "Apa kabar ayahmu ?, baik-baik saja kan ?"
"Adikmu juga baik kan ?"

Aku mengangguk, dan mengusap airmataku.

"Ini kartu nama om, sekali-kali kamu telpon om, kita cerita-cerita soal ibumu, oke ?", dia menyerahkan kartunamanya ke arahku dan segera pamit.

Diletakan bunga dan kitiran di atas makam mama, di kecup pelan nisan mama, dan membisikan kata, entah apa. Kemudia dia bergegas.

"Om pamit ya, sampaikan salam hormat ke papa dan adikmu", katanya

Aku berdiri, dan dengan terbata aku bilang, "Om, bolehkan saya panggil om dengan papa?"

Dia terkejut dan tiba-tiba tersenyum bahagia, "Tentu saja boleh Rara, panggil aku dengan ayah saja"

Lalu dia memelukku, aku menangis. Dalam hati aku berkata, aku akan menyayangi laki-laki ini, pasti mama suka, karena sebagian cinta mama ada di hati laki-laki ini.Ini Ayah Puisiku...

Kemudian dia pamit, kucium tangannya dan dia bergegas menuju mobilnya dan melaju pulang.

Tinggal aku sendirian di makam. Aku tatap bunga mawar itu, kitiran itu dan kubuka secarik kertas warna biru itu.


"Simpan aku di terdalamnya hatimu
Bungkus dengan kertas biru

Bukalah nanti di depan  bidadari-bidadari
yang salah satunya ada aku...."


                                demetria




cerita tentang hati

Rara diam memandangi cincin yg melingkar di jari
manisnya. Ini bukan cincin tunangan, ini hanya
Cincin tanda kasih, dari Bayu, laki-laki baik yang
selama ini mengisi hari- hari nya.

Bayu, seorang muslim yang baik, pintar dan penuh
perhatian. Rasanya nggak ada alasan untuk menolak
tawaran cintanya.

Tapi kami berbeda. Aku seorang katholik.

Apakah cinta meng'haram'kan adanya jarak dalam
 perbedaan?.

........

Tiba-tiba saja, wajah ibuku melintas. Aku jadi ingat beliau
 pernah bilang,
"Mama memimpikan kamu berjalan di altar, dengan baju
pengantin Jawamu.
Kamu pasti cantik..."

Sekarang, aku tak tau apa yg ada di pikiranku.
Aku mencintai semua. Aku tak ingin membuat siapapun terluka

Sampai, satu saat, aku sadar bahwa hidupku adalah
tentang keyakinan ku dan Tuhan. Dan akulah penentu
semua yg ada di hati ku.
Apa yg ingin aku yakini, itu adalah 'deal' antara aku
dan Tuhan.
That,'s it!

AKu pasrahkan semua pada Tuhan. Bekerjalah sesukaMu
 atas aku.

......

"Asyhadu alla illahailallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah"

Bekerjalah sesukaMu Ya Allah atas aku, aku akan selalu mencintai Mu

#bukan karena apa-apa dan siapa-siapa, tapi karena Mu.
Karena cinta Mu



(Ibrahim 4; .An Nahl 93)








Rasa Jiwa


Dalam gamang aku menunduk dalam,
Berharap tangan Mu menyentuh pundak ku

Akalku tak bisa lagi mengukur jarak,
Jarak antara rasa syukur dan egoku

........

Bisikkan suara Mu Ya Rabbi

Bisikkan ke dalam jiwaku


Agar aku bisa mendengarkan
 Kejernihan suara sukma
Agar tetap  menjadi putih


(Ar Rum 23;  Lukman 12 ;  An Nur 46)

Kok..

Aku ngerti kok, kalau rasa yang menggelegak di dada tak semuanya harus dijalin kata per-kata

Aku ngerti kok, kalau  kadang rasa itu tak punya makna apa-apa

Aku juga ngerti kok, kalau simbol yang ku lempar tak juga tertangkap 

Aku ngerti kok...
Nggak usah kawatir

aku ingin mulai (lagi)

Ah sudah lama aku nggak nulis
Bukan tak ada cerita, tapi mungkin terlalu banyak
Jadi bingung mulai dari mana

Aku menulis karena aku hanya ingin jujur, jujur dengan apa yg kulihat, 
kupikirkan dan aku rasa

Karena jujur pada diri sendiri menurutku adalah awal dari kejujuran
kepada hal lain di luar diri kita

Pada saat apa kita menjadi diri sendiri?

Pada saat bersamanya dan pada saat menulis...

hmm... Bukankah jujur lebih bisa melapangkan dada??