arrghh...

arghh....kenapa aku kembali ingat pada denting lagu itu ?

..tidur panjang


Terbangun dari tidur panjang,
membuat aku tak lagi mengenali semua

Tetiba aku tersadar, bahwa kenangan adalah seperti balon-balon sabun
Yang saat ditiupkan, terlihat indah berwarna warni dan berkilau
- hanya untuk saat itu -

Selanjutnya 'plup!" meletus dan tak berarti apa-apa....

cuma mau..


cuma mau bilang,

"aku ingin membaca ceritamu...."

Rindu Hitam



Hey, jika kamu rindu padanya,

matikan komputermu, tutup matamu

biarkan kantukmu mencumbuimu..

dan,

kamu akan menemukannya di belantara mimpi burukmu !!

p u l a n g

musim kini berlalu berbagai cerita merayu

berpijak di malam yang bertalu
masihku memikirkan dirimu

ku rasakan waktu berlalu tanpa senyummu
sepi yang tlah penuhi hariku

hari ini sayang aku akan pulang
berlabuh di dekap cintamu
karna pelukmu akan selalu
membuat diriku jatuh cinta


dalam riuh suasana menyapa
kian menggoda memanja
semua itu tak akan berarti
selama ku jauh dari dirimu


ku angankan waktu berlalu dengan senyummu
sepi yang tak penuhi hariku


pernahkah kau merasa
berdiri diri tempat yang sama
seperti saat ini ku ada
rindukan nyaman ku ingin sendiri pulang


- 'pulang' Andien -




Puisi Buat Kekasih Hidupku




17 September,
Saat kamu genggam tangnku dan kita ucapkan, 'Kita coba',
Saat itu aku merasa jadi bidadarimu

Saat aku menyakitimu,
Saat itu aku merasa jadi pisau hatimu,

Saat kita lewati hari-hari kita
Ada kebahagiaan hakiki buat kita
- anak anak kita -

Saat kita melewati sisa hidup,
Aku berharap semoga kita berdua bisa menjadi,
...hamparan rumput hijau untuk merebahkan jiwa kita yang lelah
...tonggak kayu yang kokoh, agar kita bisa saling menyandarkan hati kita
...bejana besar, agar dapat menampung airmata kita
...seikat besar mawar warna merah, untuk mewakili rasa bahagia kita

Tanpa saling menyalahkan tanpa saling menyakiti....

b o s a n



a k u d i l a n d a k e b o s a n a n a n

m e n u l i s p u i s i.......


judulnya entah..


..ketika kamu bilang ke aku, "Aku pergi dulu"

aku bilang ke kamu, "Pergilah"..

Aku menunduk, tanpa berani menatap matamu

mata yang selalu membuat aku rindu...

kematian..



Beberapa hari kemarin aku menerima beberapa berita duka. Seorang sahabat dan saudara telah pergi.


Meninggalkan seorang suami yang begitu sabar dan tanpa ada seorang anak. Dan kemarin seorang saudara juga 'pergi' meninggalkan dua orang anak yang menginjak dewasa.

Semua menangis, melepaskan dengan airmata. Seperti tak ingin melepaskan suatu yang selama ini sudah menjadi milik kita, menjadi bagian dari hari-hari kita, menjadi bagian dari hidup kita.

Dan setiap aku menyaksikan satu kematian, aku selalu -kembali- merasa betapa kecil kita. Betapa kematian itu sangat dekat dengan kita. Betapa kita tak punya daya menghadapinya.
Dan juga bahwa kita tak boleh berlebihan meng-claim sesuatu adalah punya kita. We have nothing. Even itu our heart or our soul. Itu pinjaman.

Di sudut rumah duka itu aku duduk. Menatap pada dua orang pemuda yang menangis sesenggukan ditinggalkan ibu tercintanya. juga seorang suami yang terpekur menatap jenazah istri tercintanya.

Aku jadi tak bisa menahan airmata. Tapi entah apa yang kutangisi. Mungkin aku menangisi atas kesadaranku betapa kecil aku di mata Tuhan....

Entahlah,
aku ingin menangis......

*in memoriam Primayanti (Denpasar) dan Mbak Wanti (Jakarta)

(kali ini) aku membiarkanmu pergi...


................
Diantara jari yang tidak berhenti memencet tuts piano dan keyboard laptop walau hari ku mulai larut
Bukan ini yang kumau,


Aku ini seni

Aku ini lantunan simfoni

Guratan kata yang tak berpola

Dan aturan-aturan warna lensa

Aku adalah malam yang tidak menyapa selamat malam

Dan pagi yang tak kunjung bertemu mentari untuk mengucapkan "selamat pagi".

Aku ini AKU

Yang kata mereka tidak ada

beloved Kimi n Ken


They are not my pet, they are my children..
Kucing, is more than just a pet, kucing teach us how to love and to beloved..


ah,,,,


(mungkin) ketersakitan hatiku,
yang membuat aku tak bisa lupakanmu

Proses Melupakan mu (dengan secangkir kopi)

Senin 3 Januari ku coba menyingkirkan
Semua benda kenangan yang ku dapat darimu
Selasa ku kumpulkan semua teman-temanku
Dan ku buat hari ini yang terindah bagiku
Namun tetap ku tak mampu melupakan dirimu
Dan bayangmu masih saja hantui aku
Itulah prosesku
Itulah prosesku
Itulah prosesku
Melupakanmu

Rabu aku menunggu kabar dari dirimu
Kamis ku coba mencarimu
Namun kau tak tahu di mana
Jumat aku putuskan ini hari terakhirku
Bagiku untuk meratapi kamu

Namun tetap ku tak mampu melupakan dirimu
Dan bayangmu masih saja hantui aku
Itulah prosesku
Itulah prosesku
Itulah prosesku
Melupakanmu

Dan ku tak mampu
Menjalani semua
Hari-hari tanpamu
Dan aku tak tahu
Apa yang kulakukan
'Tuk dapat melupakan kamu

Satu minggu ku mencoba mencari penggantimu
Namun kau masih yang terabik untuk aku
Itulah prosesku
Itulah prosesku
Itulah prosesku
Melupakanmu...

(Abdul & The Coffee Theory)

like this !


hmm aku suka kata-katamu :

...jika kebahagiaan mengabaikanmu, coba panggil dia dengan secangkir kopi...


("dan sejumput brown sugar"- tambahku)


Apa Rasa Mimpimu ?

mimpimu,
adalah kesengsaraan yang dalam
hingga kau sendiri tak paham

lenamu,
satu kesakitan yang panjang
yang tak mampu juga kau padamkan

menunggumu,
adalah (kebodohan) tak bertuan

Lalu Apa Rasa Mimpimu ?
Hingga tega kau tongsampahkan ?

Debar



Sejak engkau mendua
Entah apa yang kurasakan
Memandang perih
Menyimpan luka
Sampai pada saat ini
Aku memulihkan rasa di hatiku
Baru aku bisa
Bisa bicara

Demi aku yang pernah ada di hatimu
Pergi saja dengan kekasihmu yang baru
Dan aku yang terluka oleh hatimu
Mencoba mengobati perihku sendiri
Aku yakin bisa
Aku bisa tanpamu

.....

Dini, terpaku sesaat ketika masuk dalam mini market itu. Lagu ini seperti mengerti siapa dirinya. Tiba-tiba saja ia ingin berlama-lama dalam mini market ini, sekedar menikmati kata-demi kata dalam lagu ini.

El, ya El, laki-laki yang sudah menorehkan gurat luka di hatinya. Luka yang mungkin termaafkan, tapi tidak buat dilupakan.

Dini, tersadar dari lamunnya, dan buru-buru dia mengambil barang-barang yang ia butuhkan. Beberapa mie instant, sekotak coffeemix, abon dan sekilo gula.
Ia bayar, dan bergegas ia maninggalkan mini market itu.

Pintu itu tertulis 'pull', tapi seorang laki-laki membukanya dari luar.

"Hai Din", sapa laki-laki itu

"Hai juga", balas Dini. Tertegun Dini menatap laki-laki itu, El, ya El yang menyapanya

Dini tersenyum dan berkata, "Maaf aku harus segera pergi ke kampus, sampai ketemu".

Ah ternyata debar itu masih ada, Dini menghela nafas panjang.....

(semacam) Curcol


maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan saya maafkan

..aku (mungkin) bukan perempuan yg kau inginkan..


AKU, perempuan dengan hati yang sama seperti saat pertama kau temukan...

Lalu ?

Sting - Fragile

El DeBarge - Second Chance

..menunggu



Rara menutup netbooknya, menghabiskan tetesan terakhir cappucinonya yang sudah mulai dingin. Cukup, cukup baginya waktu yang ia berikan untuk menunggu Rio.

Sudah hampir 3 jam ia berada di sudut cafe ini, berkutat dengan Metatradernya demi untuk membunuh rasa kesal menunggu seorang laki-laki yang katanya menyayanginya.

Dikemas netbooknya, membetulkan ikatan rambutnya dan menyelipkan uang duapuluh ribuan di bawah cangkirnya.

Mungkin ini adalah kedatangan terakhirnya ke cafe ini. Cukup baginya...

#diiringi lagu 'After The Dance' - John Renbourn, -

Selamat jalan...

Hi !

Hi,

Ini Rabu,
Sambil mendengarkan 'Sleep away' nya Bob Acri
Rabu ini terasa 'smooth'

Ada hujan,
ada netbook, secangkir kopi, setangkup roti

Hi,

aku baik-baik saja di sini

galau.com




Mengapa hatiku gampang melepuh,
Setiap kali jiwanya tersentuh,

luruh,
keruh
dan mengaduh

:'(

...apapun

...apapun dan siapapun kamu, jadilah yang terBAIK, dan lihatlah, apa yang akan terjadi :))

dan....


Dan, ketika aku harus tersadar dari 'tidurku'
aku berkata dalam hati, "Bangun dan berjalanlah ke depan"

aku tersenyum pada matahari,
dan mengerling pada pelangi,

- hmm...aku pergi, permisi -

ter - Lastri



Setangkup rasa yang kutawarkan

Kau tolak hanya dengan kata 'terimakasih'

tanpa senyum dan tatapan bersahabat,

- t e r l a l u -

sia sia

malam ini,
seekor kunang-kunang hinggap di pangkuanku
aku lihat matanya sembab,
butiran airmata masih menempel di sudut matanya

"Mengapa kamu menangis ?"

"Aku telah kehilangan cahaya ", katanya

Aku ambil sebuah lilin ulang tahun kecil berwarna merah,
Aku nyalakan,
Dan aku tempelkan di badannya

Ia tersenyum,
mencium lembut ujung hidungku

"Terima kasih, cantik", katanya, lalu terbang


Esok paginya,
aku melihat ia mati di depan kamarku
mati terbakar (cahaya) lilin yang aku berikan
semalam,

..entah

...entah kenapa detak waktu selalu membuat - seolah - terhentinya detak jantungku.. :(
...pengen bisa bercakap dengan Gusti Allah hanya dengan tatapan mata dan helaan nafas panjang...

Psikologi Kucing

Psikologi Kucing

(terasa) asing

Aku melihatmu melintas di depanku. Dengan muka yang asing, dengan tatapan mata asing dan dengan bahasa tubuh yang asing.

Tapi getaran-getaran itu yang menyakinkanku bahwa itu kamu.

Ada gurat sedih dalam tatapmu, dalam tuturmu - yang bukan kepadaku -


(lalu, untuk apa kamu lakukan ini untuk aku ?)

#selfnote

Sulastri

Bagiku, mungkin ada yang namanya anugerah di dunia ini. Namun hal itu terus berkelebat di otakku tanpa ada satu pengabulan yang nyata. Harusnya ada senyum dan derita. Tapi mengapa pilihan kedua lebih dominan dalam hidupku ?

Aku sering dapati jiwaku berlari dalam kekangan maya, berteriak menghambur kesetiap sudut yang bernama, k e n a n g a n.

Senja mulai memeluk malam. Dan aku duduk di sini di atas kursi Jepara tua. Menikmati setiap desah senja yang pasrah dalam cumbuan malam. Indah tak terkatakan. Tak salah bila seseorang ingin memberikan sepotong senja pada kekasihnya. Aku setuju, sangat. Namun, sepotong senja ini takkan kuberikan kepada siapapun.

Mungkin lebih baik untuk diriku sendiri, biar bisa kunikmati dengan sepenuh hati. Bahkan bila mungkin akan kusimpan dalam toples kacang Bali ............

Surat (1)

Kediri, 17 Januari 2011


Yth. Kang Ponidi
di mana saja


Kang,

Aku ngerti dan sangat tahu, bahwa surat ini pasti tidak pernah sampai di tempatmu.
Tapi ndak apa-apa, aku pengen nulis (rasanya kepingin ngobrol sih) sama kamu.

Semenjak kamu ndak ada, aku mulai merasakan kesendirian. Memang benar ya Kang, yang orang bilang, bahwa 'sesuatu itu akan lebih berarti kalau sudah tidak ada'...
Tapi masalah kita ini kadang justru membuat aku jadi lebih sabar dan bisa menahan hati.

Aku jadi punya banyak waktu buat merenung, intropeksi diri. Apa yang kurang dari diriku.
Aku ndak pengen mikir apa yang kurang dari orang lain. Aku tau Kang, aku harus memperbaiki diri dulu baru menuntut orang lain menjadi baik (menurut kacamataku)

Kang,

Mungkin malam ini kamu sedang makan pecel lele ya dengan, siapa Kang ? teman SMA mu itu ? Su Marni ?. Ah aku bisa membayangkan pasti asyik ya bisa makan berdua.
Kamu inget Kang, dulu kamu suka bilang
Inget nggak Kang ?"Rasa cemburu itu bisa bikin pengen muntah".
Gara-gara itu kan yang bikin kita jadi dekat ?

Ah, sekarang aku nggak bisa memaksa kamu jadi ingat ya Kang. Aku bukan siapa-siapa kamu lagi....

Kang,

Tapi apapun pilihan hidupmu, aku selalu mendoakan kebahagianmu, kesuksesanmu. Itu semua karena aku masih dan akan selalu menyayangimu..

Kang,

Besok pagi aku mulai kerja lagi. Jadi Kasir di M****** Dept. Store, doakan aku ya Kang, semua bisa berjalan lancar. (ah, masih maukah kamu mendoakan aku ?)
Sudah ya Kang, sudah malam. Salam kagem bapak dan ibu ya Kang...


Aku,

Sulastri

P n S (dan S)


Sulastri menatap Ponidi yang mengemasi barang-barangnya.

Saat mengambil satu photo mereka 5 tahun yang lalu, photo ketika mereka belum menikah, Ponidi sesaat terdiam. Sulastri melihat sekilas Ponidi menghela napas panjang, lalu memasukan photo itu dalam tasnya.

Hari ini, seminggu setelah pembacaan ikrar talak mereka. Ponidi datang untuk mengemasi barang-barangnya. Dia akan pulang ke kampungnya, Nganjuk dan tinggal di sana.

Pada akhirnya mereka berdua tak sanggup lagi saling membohongi diri. Ternyata hidup berbagi sebagai pasangan suami istri tak cukup hanya bermodalkan cinta pada pandangan pertama. Tak cukup juga hanya pada kekaguman raga.

Mereka menyadari, bahwa ada rasa sayang antara mereka yang tak bisa mereka urai dengan kata. Dan mana ada yang percaya jika setiap kata yang terucap selalu jadi penyebab satu pertikaian yang tak ada ujungnya.

Mungkin cinta mereka akan lebih indah bila ada di hati yang tak -lagi- berlumur amarah. Mungkin cinta mereka akan lebih sejuk bila mereka bersaudara. Alasan itulah yang menguatkan mereka untuk menyudahi semuanya.

Pedih buat Sulastri. Mungkin perih juga untuk Ponidi.

"Ponidi ndak mungkin bisa hidup sendiri tanpa seorang istri", kata itu yang selalu terngiang di hati Sulastri.
Itu ucapan ibu Ponidi beberapa bulan yang lalu padanya.
Dan sekarangpun, Sulastri mendengar berita dari salah seorang kerabat di desa bahwa mantan pacar Ponidi semasa SMP di desa mulai di'dekat'kan lagi dengan Ponidi. Sumarni namanya.

Gadis desa lugu yang manis dan pastinya memiliki hati yang tak sekeras Sulastri.

"Aku pergi dulu ya Nduk", kata Ponidi lirih.
"Sing ngati-ati jaga diri. Kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi aku".

"Iya Kang, Kakang juga sing ngati-ati", sekuat tenaga Sulasti menahan airmatanya.

Setelah mengikat tasnya di atas motornya, memakai jaket dan helm, Ponidi pun pergi.

Sulastri menatap punggung Ponidi menjauh. Dia sadar bahwa 'sebagian hatinya' kini sudah pergi.
Dan dia tahu, hati Ponidi bukan untuk dia lagi. Ada Sumarni yang akan mengambilnya.

Sulastri mengusap airmatanya, masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.

Dia tahu, bahwa hidup bukan cuma hari kemarin dan hari ini saja....

(..sebuah pengembangan cerita dari "Su Marni Dalam Imajinasi" - D. Herwindo)

welcome back


Fuih, akhirnya liburan benar-benar telah usai. Alhamdulilah semua berjalan dengan lancar, hati senang, dan yang penting persaudaraan tambal kental !. Hohoho...

Sekarang saatnya kembali ke rutinitas semula. Anak-anak sekolah, aku mulai -lagi- memasak, mencuci, beberes, dan membuat another planning agar semuanya tetap berhati senang dan bahagia....

Welcome back my days, be a good wife, mother, best friend, sister, daughter........hopefuly :D !



P dan S


Ponidi mengisap rokoknya dalam-dalam dan dihembuskan asapnya dengan keras ke udara seperti hendak melepaskan rasa marahnya. Sulastri tertunduk sambil terus berusaha mengusap airmatanya dengan tissu yang sudah banyak berserakan di lantai. Mereka baru saja berdebat keras. Tepatnya bertengkar hebat.

Setelah menghabiskan satu batang rokok kreteknya tiba-tiba Ponidi berdiri dan duduk di samping Sulastri, "Maafkan aku atas perbedaan ini", katanya sambil meraih tangan Sulastri.

"Aku juga minta maaf Kang, untuk kekerasan hatiku", kata Sulastri menyambut jabatan tangan Ponidi.

Mereka, Sulastri dan Ponidi, adalah dua pribadi yang sama. Sama-sama keras kepala. Keras hati. Hampir disetiap pertengkaran mereka tidak pernah ada penyelesaian, kecuali kata "maaf". Malam ini adalah pertengkaran yang ke seratus lima kalinya dalam masa pernikahan mereka yang baru berjalan 3 tahun.

Esok paginya, mereka berdua seperti dua orang yang baru saling kenal. Tidak ada 'kebersamaan'. Ponidi menyiapkan kopi kentalnya sendiri pagi ini, dan Sulastri mencuci motornya sendiri. Tidak ada canda tawa seperti hari-hari kemarin.

Ketika berpapasanpun mereka seolah tak berani saling tatap. Mungkin terasa ada rasa asing diantara mereka setelah lelah melalui pertengkaran demi pertengkaran.

Mereka berdua menyadari perbedaan yang tak mungkin mereka satukan. Perbedaan pandangan hidup, berbedaan cara memandang satu masalah, dan masih banyak perbedaan lain yang selalu jadi pemicu keributan antara mereka. Tapi entah kenapa di antara mereka masih ada rasa saling mencinta ?

Ponidi dan Sulastri, asyik dengan kegiatan mereka, dalam dunia mereka sendiri-sendiri. Entah apa yang ada dalam benaknya....

...satu catatan

...aku suka dengar tawamu,
tapi aku tak bisa lihat bibirmu..

...aku suka tulisanmu,
tapi aku tak pernah bisa lihat tanganmu

...aku suka lagumu,
tapi aku juga tak pernah lihat kamu menyanyi

andai saja aku tahu siapa kamu aku hanya mau bilang,

"SELAMAT TAHUN BARU", "Tolong selalu jaga senyumku di hatimu"...