"Aku, Bukan Bidadari"


Aku tak bisa katakan aku seorang bidadari
Karena aku tak punya sayap besar berkembang
,
aku juga tak punya hati putih seperti bidadari

Aku tak bisa katakan aku seorang bidadari,
karena hatiku masih sering lihai memilin kekesalan,
masih lihai meronce kekecewaan

Aku tak bisa katakan aku seorang bidadari

karena aku tak bisa terbang
,
terbang dengan senyum mengembang

Aku tak bisa katakan aku seorang bidadari,

karena aku -memang- bukan bidadari.........

"Waktu Yang Memicing"


Kamu telah terlambat beberapa episode. Kamu -ternyata- bukanlah seorang ksatria pembawa pedang dalam dongeng yang biasa aku baca. Yang dulu diperkirakan selalu beruntung. Seumur hidupmu kamu isi setiap detiknya dengan orang-orang yang semestinya tidak ada dalam otakmu. Kamu tidak pandai me-manage waktumu hingga kamu tidak sukses melawan liku hidupmu

Kamu tahu fakta yang terjadi, namun seringkali kamu temukan ukiran hitam bertuliskan kata "t e r l a m b a t"...

..............

Dengarlah cerita,
serpihan kata yang tak bermakna,
karena aku tak berminat untuk memaknainya
Arti hanyalah sebuah simbol
untuk membuat seseorang mengangguk dan terhenyak
Adakah arti yang mampu kulontarkan untukmu ?

Tidak, tidak ada !

Tidak, tapi ada !
Bagimu mungkin ada, maka bagiku pun 'iya'
Namun aku tak tahu, definisi apa yang tepat kuucapkan
untukmu,
apapun itu

------------------

"re-set"

.......

change

1# 2# 3 #

4* 5 * 6 *

copy element,
recycle component

don't back up some data

paste without text

input : error this program

enter

loading......

enter pasword... xx xx xx

log in...

processing..................

"Kado Cinta Untuk Mantan Terindah"

Aku suka banget cerita ini. Rasanya susah untuk tidak memuat dalam blogku.....:))

...................

Saya sudah pulih dari masa perkabungan atas meninggalnya cinta kita, Yo’. Bagaimana dengamu? Apakah kamu masih menyimpan rasa bersalah pada saya? Semoga tidak, karena saya tidak pernah marah padamu meski kamu selalu ingin saya marah atas apa saja yang tidak seharusnya kamu lakukan pada saya. Bagaimana bisa saya marah, kalau ternyata kamulah pria yang pernah membuat saya tidak bisa tidur semalaman karena bahagia. Cukup sederhana kan alasan saya? Ya, tapi saya rasa kamu tidak pernah paham.

Yo’, tahun pertama kita berpisah, saya berkubang airmata. Ada yang hilang dari hidup saya; energi yang selalu kamu suplai. Terseok-seok saya berjalan sendirian tanpa bantuanmu ibarat bayi yang disapih dengan paksa tanpa persiapan. Tiap malam saya merasakan sakit sejak kepergianmu yang tanpa alasan itu—seolah-olah saya memang layak untuk kamu tinggalkan dengan cara yang konvensional. Komunikasi kita pun jadi sedingin lemari pembeku daging. Sia-sia saya nyalakan lilin di dalamnya karena api mungil tak mampu lagi menghangatkanmu. Saya lupa, Yo’.. Saya lupa bahwa kita orang yang sama persis, dan logika saya mengatakan bahwa sesuatu yang sama tidak melahirkan variasi yang cukup baik. Kita saling menguatkan secara emosional tetapi tidak sejalan dalam kenyataan.


Ketika tahun kedua berjalan, saya sudah punya kitab suci berisi kumpulan puisi yang saya persembahkan untukmu. Saya menulisnya tiap malam di sela-sela mimpi buruk dan keringat dingin yang bercucuran. Foto-foto kita memenuhi lemari pakaian saya, lagu-lagumu jadi penghuni tetap playlist komputer kamar, dan buku-bukumu menjelma dongeng pengantar tidur untuk saya. Sedih itu belum terhapus benar, Yo’. Saya bahkan masih selalu mencari-cari sosokmu dalam diri orang lain dan berharap bisa berbahagia untuk keduakalinya. Maka berbekal segala macam atribut yang kamu tinggalkan, saya mencari-cari penggantimu. Akan tetapi cara ini rupanya tidak menyembuhkan, Yo’. Saya jadi makin sakit karena bahagia itu semu seperti bayanganmu.

Tahun ketiga ketika kamu tampar saya di muka umum dengan kata-kata, saya jadi tahu bahwa memang tidak seharusnya kita bersama, Yo’. Saya pun mengemasi semua artibut-atributmu dari kamar saya lalu saya masukkan kantung plastik berwarna hitam lengkap dengan tulisan ‘haram’. Hari itu saya resmi pensiun jadi pengagum gilamu tanpa pesangon apapun kecuali rasa ikhlas. Saya bahagia bahkan untuk menatap lagi jejak-jejak kita dulu yang penuh warna hitam. Entah kenapa saya seperti baru saja siuman dari tidur panjang yang menjemukan.

Saya bertemu dengannya di tahun keempat kita berpisah, Yo’. Tiba-tiba saya ingin pulang. Saya lelah berjalan sendirian dengan sinar yang redup. Saya rindu rumah yang memberi saya ruang tetap, yang melindungi saya, dan selalu jadi tujuan bersarang. Rumah yang dulu kamu janjikan semudah menjanjikan diskon pada wanita penggila belanja.

Diantara kebahagiaan saya ini, sebuah kado cinta saya persembahkan untukmu Yo’. Kado berlapis atas kesembuhan saya. Kamu pasti tadi sudah membukanya satu persatu sampai kamu menemukan kado yang begitu mungil ini—tak lebih besar dari hatimu. Semoga ini jadi kado terakhir dan terindah dari saya untukmu sebagai ganti doa yang kamu tasbihkan untuk saya setiap malam untuk mengurangi rasa bersalahmu pada saya.

Kado itu..

“Saya jatuh cinta, Yo’..”

Saya tutup halaman terakhir buku puisi bersampul ungu itu lalu saya masukkan dalam sebuah kotak. Biar lebih rapi dan aman, saya bungkus dengan kertas kado bergambar dedaunan. Saya tulis nama dan alamat lengkapmu, Yo’. Semoga kamu belum pindah dari rumah tingkat dekat kuburan dimana segerombolan anak kecil sering membuat keributan di bawah kamarmu.

Semarang, 21 April 2010

(catastrovaprima)

"Tak Selalu Bisa Kugenggam"


Dearest my daughter,

Mama pengen nulis ini, karena kemarin malam minggu, pas kamu nginep di rumah Uti, mama dan papa makan malam di satu resto. Di sana mama liat banyak banget anak-anak muda datang makan malam. Ada yang dengan pacarnya, ada yang dengan sahabat-sahabatnya.

Mama jadi inget kamu...

Mama jadi bayangin kira-kira kalau kamu udah kuliah nanti trus kamu punya cowok, kamu seperti apa ya ?

Macem-macem deh gaya pacaran mereka, ada yang sopan dan formil banget, ada juga yang ceweknya pake celana pendek, cuek banget (astagfirullah, kamu gag boleh yang seperti ini. ya..)
Yang ada dipikiran mama adalah mereka kan juga punya mama ya ?
Pasti mamanya juga ingin anaknya jadi anak yang sopan, baik-baik, punya pasangan yang baik-baik. Dan mama yakin, mama mereka pun sudah membekali mereka dengan ilmu agama, sopan santun dan pasti selalu didoakan...

Tapi begitu mereka jauh dari orang tuanya, misalnya kos di kota lain atau jalan-jalan seperti malam minggu begini, mamanya nggak bisa lagi 'mengenggam' mereka lagi. Mereka sudah jadi diri mereka sendiri

Terus terang sayang,
Kadang mama merasa takut, mungkin kamu berpikir mama terlalu 'parno'
Tapi bener deh, di satu sisi mama kawatir, tapi di sisi lain mama juga tahu, kekawatiran yang berlebihan juga tidak baik. Tidak membebaskan kamu berekspresi...

Hmmm mama jadi binggung.. ?%$#^**?

Sayang,
Mama hanya berpesan, kalau kamu jauh dari mama, tolong 'rasakan' selalu 'genggaman' mama ya, tolong selalu rasakan doa mama, nasehat mama.,
Mama hanya bisa 'titipkan' kamu pada Yang Maha Punya (Allah SWT) semoga bila kamu sedang tidak dengan mama, kamu dijauhkan dari hal-hal yang tidak baik, dari pikiran yang tidak baik...

Cantik Mama,
Ingat kan, diskusi kita dengan papa juga.
Waktu itu papa bilang, kalo kita beri nasahat, itu bukan berarti kita orang tua itu cerewet. Tapi karena orang tua itu sudah pernah melewatinya. Dan tahu resikonya (bukannya sifat manusia, kalo belum mengalaminya, belum percaya kan sayang ?), jadi memberi nasehat itu tidak berarti kami cerewet, tapi kami share apa-apa saja yang telah kami lewati dan ketahui tentang hidup...

Sayang,
Mama tahu kamu anak baik, pinter dan pasti takut pada Allah SWT.
Ingat ya, cerita sebelum tidur yang pernah mama cerita juga ke adik,
"Bila kita melakukan sesuatu yang salah tanpa diketahui satu orangpun, takutlah. Karena saksimu adalah Hakimmu"..

We love you sayang, doa kami selalu buat mu.....

"Seberapa Cukupkah Aku ?"


"Aku sudah nggak sanggup lagi hidup dengannya, Tria", katamu di siang kita bertemu.

"Hei, apa yang terjadi ?", tanyaku sambil tak lepas mataku dari laptopku

"10 tahun aku bersamanya, banyak yang kami alami. Saat dia belum bekerja dan sekarang sudah menempati posisi yang cukup baik di kantornya"
"Aku bisa mengerti dan selalu berusaha memahaminya, Tria"
"Semua kebaikannya dan juga semua kebiasaan buruknya'
"Hanya untuk yang satu ini aku tidak bisa lagi memahaminya, terlalu jauh dari batas pikirku"
"Aku merasa, aku tak lagi mengenalnya, dia bukan Bagas yang aku kenal dulu", begitu lancar kamu cerita padaku. Selancar banjir kiriman dari Bogor

"Emang, Bagas kenapa ?", tanyaku bergaya bloon, padahal aku tahu ini persoalan yang serius.

"Kamu kenal Maya ?", tanyamu padaku

"Yup, si marketing centil itu kan ?"

"Iya bener. Aku curiga, sepertinya antara Bagas dan Maya itu ada apa-apanya", katamu, kali ini dengan intonasi yang agak ditekan-tekan dan panasss...
"Kenapa setiap telepon masalah pekerjaan dengan Maya lamaaaa banget, trus Bagas tuh sekarang ekstra perhatian dengan Maya"
"Kadang kalau dia liat ada tas di satu butik pas kita jalan, dia bilang eh itu kayak tasnya Maya"
"Maya, mayaaaaaa terus di setiap perbincangan kami", kali ini ada kegundahan dalam kalimatmu.

"Coba kamu intropeksi deh, kira-kira apa yang sebenarnya jadi masalah di antara kalian berdua", kataku seperti penasehat pernikahan.

"Aku sudah coba intropeksi, Tria"
"Aku merasa sudah cukup sebagai istri. Aku selalu siapkan apa yang dibutuhkan di rumah. Aku selalu tampil oke buat dia. Aku juga selalu mendukung apa yang dia lakukan, lalu apa lagi ?"

Waduh, aku jadi binggung nih. Bukannya rasa 'cukup' disetiap orang itu berbeda. Cukup buatku belum tentu cukup buatmu, kan ?

"Hmm, gini deh say, jangan buru-buru terbawa emosi, coba deh pelan-pelan ajak bicara Bagas. Cari waktu libur trus bicara dari hati ke hati"
"Mungkin ada keinginan Bagas yang tidak tersampaikan, jadi cari pelampiasan deh ke Maya", aku coba bercanda biar nggak terlalu tegang.

Matamu mulai bersaput bening airmata. Tapi aku tahu kamu menahannya sekuat tenaga.

"Nangis aja deh say, biar lega", kataku mencoba menghiburnya

Lalu kamu menangis. Dan aku membiarkanmu melapangkan rasa sedihmu.

Sambil menunggu kamu menangis, sayup-sayup aku dengar lagu "I honestly love you- Olivia Newton John - Jim Brickman", akupun update status facebook ku :

"Bagian terberat dari mencintaimu adalah saat aku tahu bahwa aku tak lagi ‘cukup’ buatmu.."

.............

"D U D A Intern"


Hmm...Pernah denger istilah duda kembang ?
Menurut kamus bahasa Indonesia artinya adalah Duda yang belum mempunyai anak (so enggak peduli umurnya berapa tahun, biar 70 tahun juga teuteup 'kembang'...hahahaha)

Nah sekarang di dunia infotainment ada istilah 'duda intern'. Sesuai kamus lagi, 'duda' artinya seorang laki-laki yang ditinggal mati oleh istrinya atau yang sudah bercerai dengan istrinya.

Sedangkan 'intern' artinya 'sebelah dalam' and or 'kalangan sendiri'
Jadi 'duda intern' adalah 'duda untuk kalangan sendiri atau duda sebelah dalam.....

Aha, binggung ya ?, so do I..
Kalo ada duda seperti itu ntar juga ada istilah 'duda maya' (duda dunia maya), duda RT (duda satu RT), duda kantor (duda kalo di kantor)....hahahahaha..... Hayah !!

"Jealous"



"HUH, TERNYATA BENAR, CEMBURU MEMBUAT PENGEN MUNTAH"
:(

"Malam ini, anakku ada 3"


Saat sepasang suami istri sedang bermasalah, siapa yang paling tidak senang ? adalah anaknya.
Karena sejatinya seorang anak, tidak bisa -lebih- memilih kepada siapa, ayah atau ibunya.
Dia tahu bahwa ada di dunia karena 2 orang, jadi dia tidak bisa memilih salah satu di antaranya.
Aku pernah iseng nanya ke anakku, lebih memilih siapa, ayah atau ibu ? Dan anakku memilih diam, tidak menjawab. Karena aku tahu, dia memilih dua2nya...
Karena anak adalah hasil Cinta, dan Cinta tidak pernah salah...

Malam ini, di rumahku ada seorang gadis kecil, 4 th, keponakanku. Dia nginap di sini.
Ayah dan ibunya sedang bermasalah. Ibunya di luar kota dan ayahnya sedang di luar kota yang lain. Dengan alasan ketidakcocokan -yg sebenarnya sudah kelihatan sejak pacaran dulu, tapi 'membutakan' diri- mereka sedang dalam proses perpisahan.

"Aku pengen bobok di rumah ibu rini, sama mas Abin dan Mbak Rira'", katanya

Dan anak2ku pun senang, karena punya 'mainan' baru.
Aku suka 'nelongso' melihatnya. Apalagi kalo dia sedang bobok. Ya Allah, dia tidak pernah berpikir apalagi beropini tentang ketidakcocokan ayah dan ibunya.
Yang ada dalam pikirannya hanya bermain dan bermain..

Kita, orang dewasa terkadang suka mengabaikan perasaan seorang anak. Tapi bila ketidakcocokan itu muncul di tengah-tengah suatu pernikahan, lalu siapa yang salah ?
Pernikahannya, manusianya atau keadaannnya ?

Tapi, sekali lagi, anak adalah buah Cinta dan Cinta tidak pernah salah....

"KEMATIAN"


Begitu banyak orang takut menghadapi kematian.
Padahal kematian adalah sesuatu yang wajar. Seperti juga kehidupan.
Yang membuat kita takut, sebenarnya adalah cara menghadapi kematian dan apa saja yang harus kita tinggalkan ketika menghadapi kematian.

Berangkat dari caranya, tentunya kita menginginkan mati yang wajar kalau perlu sambil tidur dan tidak merasakan apapun. Kepinginnya kan begitu. Dan kalau kita berbicara mengenai apa saja yang harus kita tinggalkan, kita berpikir mengenai kekasih hati, keluarga yang kita cintai.

Hal-hal inilah sebenarnya yang lebih membuat kita takut untuk menghadapi kematian dan bukan kematian itu sendiri. Karena kematian, tidak bisa tidak harus kita alami. Sekali lagi, kematian adalah hal yang wajar. Seperti matahari yang terbit tentu ada saat dimana dia tenggelam. Semua berubah tidak ada yang kekal. Semua yang ada awal akan berakhir. Alpha dan Omega’.

Pernahkah anda menyadari bahwa jantung kita, yang merupakan salah satu tolok ukur penting dalam tubuh kita, yang menunjukkan bahwa seseorang itu hidup atau mati, sebenarnya membentuk sebuah mekanisme sinergis antara kehidupan dan kematian?
Ketika jantung berdetak, kita tahu ada momen dimana jantung tersebut memompa dan mengembang, kemudian diam dan mengempis secara bergantian. Ketika jantung memompa dan mengembang itulah saat dimana dia ‘hidup’ dan ketika diam dan mengempis itulah saat dimana dia ‘mati’.

Jadi sekali lagi, bahkan kehidupan kitapun adalah merupakan hasil kerjasama sinergis antara kehidupan dan kematian. Jadi, sekali lagi, kematian adalah sesuatu yang wajar dan tidak perlu ditakutkan. Walahu'alam...

"G a n d r u n g"



"Aku gandrung karo awakmu, Ni, lope - Joko". Selalu itu yang dituliskan Joko dibalik nota penjualan telur dan ayam potong yang dipesan Ibu sepuh dan diambil oleh Rajini.

Rajini, gadis manis berambut panjang, berkulit kuning langsat dan baru berumur 15 tahun dan sudah 'nderek' ibu sepuh setahun ini yang membuat Joko 'gandrung'.

Mungkin tidak hanya gandrung, tapi sudah jadi 'kedanan'. Ia berkhayal, gadis seperti Rajinilah yang cocok jadi pendamping hidupnya, dan ibu buat anak-anaknya kelak.

Setiap pagi, Joko selalu deg-degan setiap Ni -begitu panggilan Rajini- datang dengan sepedanya.

"Mas, ibu minta disiapkan ayam potong 2 ekor sama telur 2 kg, sing cepet ya mas, ora pake suwe", itu yang sering diucapkan Ni setiap datang ke tempat pemotongan ayam Joko.
Dan disetiap Nota penjualannya, selalu Joko selipkan satu kertas yang dituliskan, "Aku gandrung karo awakmu, Ni"..

Tapi sepertinya Joko akan patah hati, karena Ni sebentar lagi akan menikah dengan pilihan orang tuanya. Ya, tanggal 18 ini Ni akan menikah di desanya di Wonosari.
Sebenarnya hati Joko hancur sehancur2nya, tapi kedewasaan sikapnya melarangnya, malahan dia mengirim sms ke Rajini dan bilang, "Kalo awakmu bahagia, aku yo ikut bahagia, dek"...

Walah, Joko membohongi hatinya....
Dan, kata2 gandrung tak lagi dituliskan di nota, tapi di dinding toko kecilnya, di setiap sudutnya.
Juga gag lupa photo-photo artis Mulan Jameela, karena menurut Joko, wajahnya Ni mirip Mulan...

Sampai,
Pagi ini sehabis Joko memberi makan ayam-ayamnya, tiba-tiba di luar ada suara manis,

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam", kata Joko bergegas melihat keluar. Toko telurnya belum juga buka, kok sudah ada yang mau beli, pikirnya.

'Mak tratappp..!! hati Joko bergetar, didepannya berdiri gadis manis itu dengan rambut panjangnya. Rajini come back !!

"Lhoh Ni, bukannya awakmu nikah kemaren tanggal 18 ?", Joko bertanya

Rajini hanya menunduk dan mengeleng lemah.

"Ono opo to dek ?"
"Ono sing ora beres tho ?"

Tiba-tiba Joko melihat ada airmata menetes jatuh ke atas sandal jepitnya Ni. Walah, bisa bahaya nih, bathin Joko.

"Wis, sini duduk dulu, cerita sama aku", kata Joko menenangkan

Rajinipun cerita, ternyata beberapa hari sebelum acara pernikahan, ada seorang wanita yang mengaku sebagai istri calon suaminya. Hebohlah keluarga Ni di desa. Dan akhirnya setelah dirembug saudara sekampung, diputuskan pernikahannya di batalkan.

Tiba-tiba angin terasa suejuk dan langit terlihat indah 'semepyar' buat Joko...
Mungkin ini kesedihan buat Rajini, tapi buat Joko ini adalah berita yang sangat amat sangat mengembirakan...
Cinta sedang berpihak padanya..
...Halah...Joko...Joko.....

(Note : Bila ada istilah yg gag dimengerti, hubungi no telp : 0857-4247-xxxx)

"S A Y A "


Saya masih belajar dan belajar dan belajar.
Belum selesai.

" T O D A Y "


Menikmati hidup tanpa pertanyaan adalah hadiah yang paling membahagiakan.

Seperti menikmati terbitnya matahari di ufuk timur dan terbenamnya di ufuk barat. Seperti ketika orang-orang sudah tidak perlu lagi mempertanyakan banyak hal yang tidak penting.

Yang tertinggal hanyalah kesadaran untuk saling menerima dan menghargai. Kesadaran untuk menerima bahwa apa yang diyakininya sebagai kebenaran adalah sesuatu yang hanya bisa dinikmatinya sendiri.


Kesadaran bahwa kebenaran yang diyakininya bukan untuk dipaksakan kepada yang lain karena merasa ‘kebenaran’ yang lain adalah palsu. Ketika kebenaran dipaksakan, tidak ada lagi yang namanya pilihan, termasuk kebebasan untuk memilih.

Manusia yang tidak mampu memilih bukanlah manusia. Seperti kata pepatah kerbau yang selalu siap dicocok hidungnya
...
Hmmm.........

"Kebajikan Pasar - an"



Udara masih segar banget pas aku tadi pagi ke pasar. Sendirian, dan - pasti - ngebut, hanya ditemani suara Brian Mcknight - My Last Cry - di mobilku.

Sampai di pasar, ups..parkir sudah penuh, tapi untunglah pak Tukang Parkir langganan, dengan senyumnya yang khas memberiku tempat kecil. Heheh untung mobilnya juga kecil, jadi Pas !

Aku paling seneng berada di pasar, karena banyak banget yang bisa aku lihat, aku dengar. Tentang keluh kesah, tentang kesenangan, tentang keprihatinan, juga 'eyel-eyelan' antar pedagang.. :)

Tapi ada yang menarik perhatianku. Di pasar tuh ada bapak2 yang sering jualan obat nyamuk, kadang alumunium buat nambal panci, sabut cuci atau apa saja, yang kalo jualan selalu teriak2. Tapi teriakannya bukan menawarkan jualannya, tapi ceramah tentang kebaikan. Bukan dari satu agama tertentu, tapi universal.

Hari ini, bapak itu berjualan jas hujan. Seperti biasanya mereka sesama pedagang saling menyapa. Setelah saling sapa, entah karena terbiasa atau apa, bapak tadi mulai lagi berbicara keras2 tentang kebajikan, tentang nasehat2 hidup. Aku yang sedang beli tempe jadi asyik mendengarkannya. Ibu yang berjualan kemangipun disebelahku, suka tidak suka jadi mangut-mangut dengar 'wejangan pagi' karena volume suara bapak itu yang kuenceng buanget....

Hmm...aku pikir2 bagus juga ya. Kebaikan - berasal dari manapun - bila kita sering mendengarkan, lama-lama akan terekam dalam pikiran dan hati kita. Juga semua pedagang di pasar itu. Bila tiap hari mendengarkan 'ceramah' bapak tadi, pasti akan terekam dalam pikiran dan hati mereka.

Bukannya hidup adalah rangkaian kebiasaan ?
Terlepas dari berapa jas hujan yang laku hari ini, tapi aku rasa Bapak tadi telah melakukan kebajikan yang nilainya melebihi harga jas hujan sepabrik, kan ??

"Distorsi Rasa"


Hmm 'rasa'pun bisa mengalami distorsi.
Distorsi alias 'pembleberan' (bahasa Belandanya...hahahaha)

Distorsi, salah satu difinisinya adalah 'Any undesired change in an audio signal between input and the output'

Rasaku sedang mengalami 'pem-bleberan' kemana-mana, alias nggak jelas... >_<

"Some Things Are Better Left Unsaid"



Aku rasa tak mutlak perlu kata untuk bicara
Bila rasa bisa mewakili semuanya

(............
.........)

"Monoamori dan Poliamori"



Wuih, kenapa ya hari ini di kepala hanya ada masalah cinta, cinta dan cinta... Kebetulan yang dibaca juga nggak jauh-jauh dari itu.. Poliamori dan Monoamori, Apa pula ini ? Monoamori (mencintai satu orang dalam satu waktu) dan Poliamori (mencintai lebih dari satu waktu)....begitukah artinya ? Hmmm....Jika ada seseorang yang selalu terkenang dengan cinta pertamanya sewaktu SMA kemudian dia menikah dengan orang lain, sedangkan dia tidak dapat melupakan cinta lamanya, apakah ini selingkuh hati, pikiran alias poliamori ???

Ada tulisan bagus nih :

Cinta Tak Bertuan

(Published – Pikiran Rakyat)

Sepanjang hidup, kita seolah tak berhenti berusaha menaklukkan cinta. Cinta harus satu, cinta tak boleh dua, cinta maksimal empat, dan seterusnya. Jika cinta matematis, pada angka berapakah ia pas dan pada angka berapakah ia bablas? Dan kita tak putus merumuskan cinta, padahal mungkin saja cinta yang merumuskan kita semua. Infinit merangkul yang finit.

Hidup berpasangan katanya sesuai dengan alam, seperti buaya yang hidup monogami tapi ironisnya malah menjadi ikon ketidaksetiaan. Namun terkadang kita melihat seekor jantan mengasuh sekian banyak betina sekaligus, berparade seperti rombongan sirkus. Dan itu pun ada di alam. Lalu ke mana manusia harus bercermin?

Sebagaimana semua terpecah menjadi dua kutub dalam alam dualitas ini, terpecahlah mereka yang percaya cinta multipel pastilah sakit dan khianat dengan mereka yang percaya cinta bisa dibagi selama bijak dan bajik. Yang satu bicara hukum publik dan nurani, yang satu bicara hukum agama dan kisah hidup Nabi. Yang satu mengusung komisi anti itu-ini, yang satu menghadiahi piala poligami.

Merupakan tantangan setiap kita untuk meniti tali keseimbangan antara intuisi individu dan konsensus sosial. Sukar bagi kita untuk menentukan dasar neraca yang mensponsori segala pertimbangan kita: apakah ini urusan salah dan benar, atau sebetulnya cocok dan tak cocok? Jika urusannya yang pertama, selamanya kita terjebak dalam debat kusir karena setiap orang akan merasa yang paling benar. Jika urusannya yang kedua, masalah akan lebih cepat selesai. Kecocokan saya bukan berarti kecocokan Anda, dan sebaliknya. Namun seperti yang kita amati dan alami, lebih sering kita memilih yang pertama agar berputar dalam debat yang tak kunjung selesai.

Semalam, saya menerima sms massal yang mengatasnamakan ibu-ibu seluruh Indonesia yang mengungkapkan kekecewaannya pada seorang tokoh yang berpoligami. Pada malam yang sama, sahabat saya menelepon dan kami mengobrolkan konsep poliamori (hubungan cinta lebih dari satu). Alhasil, saya terbawa untuk merenungi beberapa hal sekaligus.

Pertama, orang yang kita kenal sebatas persona memang hanya kita miliki personanya saja. Persona adalah lapisan informasi paling rapuh, pengenalan paling dangkal, dan oleh karena itu paling cepat musnah. Orang yang tidak kita kenal paling gampang untuk dijustifikasi ketimbang orang yang kita kenal dekat.

Kedua, apakah monogami-poligami dan monoamori-poliamori ini adalah sekat-sekat tegas yang menentangkan nurani vs ego dan setia vs ‘buaya’? Mungkinkah dikotomi itu sesungguhnya proses cair yang senantiasa berubah sesuai tahapan yang dijalani seseorang, ketimbang karakteristik baku yang harus dipilih atau distigmakan sekali seumur hidup?

Sungguh tidak mudah menjadi seseorang yang personanya diklaim sebagai milik umat banyak. Persona seperti secabik tisu yang dengan mudah dienyahkan, diganti dengan tisu baru lainnya yang dianggap lebih bagus dan benar. Banyak dari kita bermimpi dan berjuang mati-matian agar secabik diri kita dimiliki banyak orang. Hidup demikian memang sepintas menyenangkan dan menguntungkan, meski konsekuensinya titian tali yang kita jalani semakin tipis. Ilmu keseimbangan kita harus terus diperdalam. Tali itu harus dijalani ekstra hati-hati.

Tidak mudah juga menjadi seseorang yang sangat teguh berpegang pada persona orang lain, pada mereka yang dianggap tokoh, teladan, panutan. Status selebriti bisa ada karena persona yang dipabrikasi massal lewat media lalu ‘selebaran’-nya menjumpai kita, dan kita pungut. Kita mengoleksi persona mereka seperti pemungut selebaran. Terkadang kita lupa, pengenalan dan pemahaman kita hanya sebatas iklan yang tertera. Oleh karenanya justifikasi yang kita lakukan seringnya bagai memecah air dengan batu; sementara dan percuma saja. Tak terasa efeknya bagi hidup kita, tak juga bagi hidup yang bersangkutan.

Kita yang kecewa barangkali bukan karena cinta telah diduakan. Cinta tak bertuan. Kitalah abdi-abdi cinta, mengalir dalam arusnya. Persepsi kitalah yang telah diduakan. Lalu kita merasa sakit, kita merasa dikhianati. Namun tengoklah apa yang sungguh-sungguh kita pegang selama ini. Perlukah kita ikut berteriak jika yang kita punya hanyalah selebarannya saja, bukan barangnya? Barangkali ini momen tepat untuk mengevaluasi aneka selebaran yang telah kita kumpulkan dan kita percayai mati-matian. Betapa seringnya kita hanyut dalam kecewa, padahal persepsi kitalah yang dikecewakan. Betapa seringnya kita menyalahkan pihak lain, padahal ketakberdayaan kita sendirilah yang ingin kita salahkan.

Apapun persepsi kita atas cinta, tak ada salahnya bersiap untuk senantiasa berubah. Jika hidup ini cair maka wadah hanyalah cara kita untuk memahami yang tak terpahami. Banyak cara untuk mewadahi air, finit mencoba merangkul infinit, tapi wadah bukan segalanya. Pelajaran yang dikandungnyalah yang tak berbatas dan selamanya tak bertuan, yang satu saat menghanyutkan dan melumerkan carik-carik selebaran yang kita puja. Siap tak siap, rela tak rela.

"Barangkali Cinta"


Barangkali cinta…
jika darahku mendesirkan gelombang
yang tertangkap oleh darahmu
dan engkau beriak karenanya.
Darahku dan darahmu,
terkunci dalam nadi yang berbeda,
namun berpadu dalam badai yang sama.

Barangkali cinta…
jika napasmu merambatkan api
yang menjalar ke paru-paruku
dan aku terbakar karenanya.
Napasmu dan napasku,
bangkit dari rongga dada yang berbeda,
namun lebur dalam bara yang satu.

Barangkali cinta…
jika ujung jemariku mengantar pesan
yang menyebar ke seluruh sel kulitmu
dan engkau memahamiku seketika.
Kulitmu dan kulitku,
membalut dua tubuh yang berbeda,
namun berbagi bahasa yang serupa.

Barangkali cinta…
jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa
dan aku dapati rumah yang kucari.
Matamu dan mataku,
tersimpan dalam kelopak yang terpisah,
namun bertemu dalam setapak yang searah.

Barangkali cinta…
karena darahku, napasku, kulitku,
dan tatap mataku,
kehilangan semua makna dan gunanya
jika tak ada engkau di seberang sana.

Barangkali cinta…
karena darahmu, napasmu, kulitmu,
dan tatap matamu,
kehilangan semua perjalanan dan tujuan
jika tak ada aku di seberang sini.

Pastilah cinta…
yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian,
kecerdasan, dan kebijaksanaan
untuk menghadirkan engkau, aku,
ruang, waktu,
dan menjembatani semuanya
demi memahami dirinya sendiri.

(Dee Idea)

"Cinta Bukan Dependensi, Tapi Keutuhan Yang Dibagi"


Pernah memperhatikan petunjuk emergensi di pesawat ?

Bila terjadi sesuatu, dan masker akan jatuh di depan muka kita, maka yang pertama harus memakai masker adalah orangtuanya, baru anaknya. Kenapa orangtuanya didahulukan ? Bukan anaknya ?
Ternyata penjelasannya adalah dalam keadaan seperti ini si orangtua harus merasa 'aman' terlebih dahulu baru kemudian 'mengamankan' anaknya.

Demikian juga dengan hidup, kita harus 'penuh' dulu, sebelum kita 'memenuhi' orang lain. Juga dengan cinta. Bagaimana bisa kita mencintai seseorang, sementara diri kita 'miskin' dari cinta ??
Cinta adalah Utuh dan itu yang kita akan bagikan ke sekeliling kita. Bukan seperti lagu dangdut , Cintaku terbagi 2....hehehehe...

Dalam pernikahan, yang terdiri dari 2 manusiapun begitu. Manusia 'laki-laki' yang penuh cinta, menikahi manusia 'perempuan' yang penuh cinta. Dan mereka berdua saling memancarkan cinta 'penuh' mereka. Cinta mereka tidak 'berkurang' karena satu sama lain. cinta mereka utuh, selama jiwa melekat di raga mereka.

Begitu juga juga dengan anak2 anak mereka. Bila ayah dan ibunya adalah manusia yang penuh cinta, maka dapat dipastikan anak2 merekapun akan penuh dengan cinta.
Anak bukanlah alasan mereka menikah dan anak bukan juga pondasi dalam pernikahan mereka. Karena pondasinya adalah CINTA
Anak adalah manusia lain yang dititipkan oleh Allah SWT kepada mereka untuk menambah pancaran cinta, agar semakin cemerlang hidup mereka.

Anak, seperti yang Gibran katakan adalah anak panah yag suatu saat nanti akan melesat sendiri jauh dari orang tuanya dan akan menemukan pancaran cinta yang lain, yakni pasangan mereka. Begitu seterusnya...

Perpisahan atau kematian. Ini adalah paket hidup yang tidak bisa kita hindari. Kita mati karena kita hidup. Perpisahan ada karena ada perjumpaan. Sekeras-kerasnya kita menolak kematian dan perpisahan, jika 'waktu itu' siap menjemput, kita tidak bisa berbuat apa2. Dan pada titik itu, segala perjuangan berhenti. Bukan cinta kita yang berkurang, tapi salah satu cinta utuh kita telah pergi.....Walahu'alam

"Stop Thinking And Forget It !!"




"Jangan hanya mengurangi, tapi stop, dan hindari !!", mungkin ini satu pesan yang baik untuk menghentikan satu kebiasaan yang kurang baik buat kita, buat orang lain ataupun buat lingkungan.
Karena jiwa kemanusiaan kita yang selalu merasa 'kurang' bila diberi sedikit, hingga terkadang pengen lebih, pengen lebih dan lebihhhhhhhh....lagi...

Gagal dong proyek 'getting better'nya

Misalnya , merokok. Bila 'cuma' mengurangi maka akan banyak godaan buat tambah2 lagi, trus kapan berentinya....???
Jadi kalo pengen berhenti, 'tutuplah mata' dari yang namanya rokok, mulai dari bungkusnya, tokonya, pabriknya, sampai smoking areanya hihihihihi...

Mungkin berlaku juga buat melupakan orang lain, jangan mengurangi, tapi hindari !!
hihihihi....Stop thinking and forget it !! gampang khan ???

"Hidup Jiwa Yang Sehat"

'Me Time"




Pagi ini, seperti biasa habis sholat subuh, siapin teh dan breakfast, trus siapin baju buat my sweety Rira. Setelah mengantar Rira sekolah lanjut deh kembali ke 'my office'...hehehe melanjutkan ngeringin baju yang kemarin tertunda...wet..wet..wet simsalabim... !! selesai semuanya..

Yur...sayur...!!, suara mamang sayur yang merdu memanggilku...
Masak apa ya hari ini ? tengok semua persediaan, ternyata 'wangsit' mengatakan masak soto ayam aja dan temen2nya.

Abis blanja trus masak, di 'sambi' nyapu, nengok e-mail, dengerin berita di tv yang isinya serem semua...
Jam 9, alhamdulilah semua beres....

Hari ini, Insyaallah aku puasa, dan aku berencana untuk tidak kemana-mana...stay at home, sampai nanti sore...
Karena nanti sore ada janji dengan mama nganterin kontrol ke dokter...

Ya Allah, semoga hari ini lancar semua, berilah rahmat dan rejekiMu kepada semua orang di dunia ini yang saling cinta, yang cinta damai...
Dan berikanlah ketenangan hati buat semua yang sedang gelisah...

" A little thing just i want "



Aku pengen jadi istri yang baik, yang sabar, yang manut, yang bisa selalu menjadi indah di mata suami, yang mendapatkan 'sertifikat' surga....

juga..

Aku pengen jadi ibu yang baik, yang bisa menjadi sahabat dan pemimpin buat anak-anakku, yang bisa menjadi ibu idola bagi anak-anakku, yang bisa selalu dirindukan oleh mereka..

juga..

Aku pengen jadi manusia yang selalu baik di mata manusia lain....

"Kembali Cemerlang"



"Sejak kapan kamu ada di sini?", tanyaku
"Sejak aku tak bisa melihat bintang", katanya pelan.

Itulah percakapanku terakhir dengannya setahun yang lalu.
Perempuan bercadar emas itu aku temui lagi di sini. Tapi ada yang berubah di matanya. Tak kulihat lagi tatapan lara, terganti binar yang cemerlang...

Ah, aku ikut bahagia. Kusapa dia dengan senyum, dia tersenyum. Lalu kusapa dia dengan kata,

"Sedang menunggu bintangkah kamu di sini ?"

"Aku tak akan pernah lagi menunggu bintang, karena bintang adalah bintang, yang tak mungkin akan pernah aku genggam" "Karena aku insan dan dia bintang" "Aku di sini sedang menunggu kerlipnya, karena kerlipnya buat semua insan, termasuk aku", katanya riang

Dia tersenyum dengan matanya, aih.. aku terpana, manisnya lebih dari madu nirwana..

Perempuan bercadar emas itu semakin cemerlang, lalu dia melesat terbang tinggi ke awan menyisakan silau yang tak bisa kutahan....

"Cinta Yang Tak Perlu"


Dear diary,

Siang ini aku bertemu dia di kampus. Entah kenapa setiap aku melihat sosoknya, degup jantungku mendadak berhenti. Seluruh sendiku seolah luruh. Begitu besar pesonanya di mataku... Kenapa ya diary ?. Sudah 3 bulan ini aku merasakan hal ini.. Sudah ah, aku mau mandi, trus mengerjakan tugas statistikku, makan dan go to bed, karena besok aku harus kuliah pagi...

Depok, 2 Juni 2001

................


My sweety diary,

Aku seneng banget hari ini.. !!! Tadi pas di perpustakaan aku ketemu dia !, dia tersenyum padaku dan bilang, "Cari buku apa mbak".... Aha, rasanya aku mau pingsan karena bahagia..

Senyumnya itu rasanya aku kenallllllll banget. Aku nggak bisa menjawab, dan aku hanya tersenyum. Senyumku tadi manis nggak ya...
(ih malu.com)

Oh thanks God for today....

Depok, 10 Juni 2001

................

Selamat malam diaryku,

Malam ini aku kok nggak bisa memejamkan mataku. Aku sedih karena tadi siang aku dengar cerita Santi, sahabatku, mama dan papanya harus berpisah. Aku ikut sedih rasanya. Semoga kedua orangtuaku baik-baik aja... Ya Allah berikan selalu cinta kasih diantara beliau berdua...
Hmmm...cinta kasih...kemana cintaku ? ah aku jadi ingat dia... Karena sibuk, hari ini otakku absent memikirkannya..

My bed, 23 Juni 2001

.....................

Dear diary,

Di tempat parkir tadi, aku bertemu dengan dia. Bajunya putih dengan ransel hitamnya. Hmm...andai saja aku berani, aku akan bilang, "Hai, namaku Cinta, boleh nggak aku kenalan sama kamu" "Kamu di Fakultas komunikasi kan ?", " Aku tau karena aku mengidolakan kamu".......Wowwwww.....Nggak mungkin lah yaw... Biar saja aku jadi pemuja rahasianya...entah sampai kapan...

Aku pengen buat puisi ah buat dia :

"Saat senyummu terantuk hatiku, Aku tersedak, dan tergagap
Tapi kamu hanya menoleh sebentar, tersenyum dan menghilang....
Tinggallah aku dengan jantung yang berhenti berdegup..."

Depok, 28 Juni 2001

...............

Diary sayangku,

Today was my birthday..tapi aku sedih banget..
Hari ini aku berharap, aku mendapat hadiah dari Tuhan, sebuah senyum indah dari nya.. Tapi tadi siang waktu aku ke kantin Bu Sri, aku lihat dia bersama Tantri, teman sekelasku.. mereka berpegangan tangan, mesra banget, mereka juga saling menatap penuh cinta.... Rasanya aku mau pingsan, diary...

Tiba-tiba mataku pengen nangis...

Tiba-tiba aku nggak bisa terima keadaan ini..

Marah, benci bercampur jadi satu....
Tapi aku sadar, dia siapa dan aku siapa.... Aku sedih Diary, aku hari ini sedih sesedih-sedihnya...

Ini hadiah terperih yang aku terima di hari ulang tahunku.... Malam ini, entah apa yang akan aku angankan...rasanya aku pengen minum obat tidur dan tidur sampai besok siang..

Tapi nggak ah, aku nggak boleh merasa sedih, karena mungkin masih banyak cinta buat aku diluar sana. Cinta yang nyata, buka cinta yang hanya dianganku saja.....

"Saat aku sadar rasa itu bukan buat aku,

Aku bergegas pergi dan berlari

Agar dia tak melihat airmataku
dan mendengar debar jantungku...
Aku bungkus cintaku, kuberi pita lucu,
Lalu aku simpan di lemari bajuku
Buat kamu"

I love u, diary, thanks sudah menemaniku merasakan hatiku.......



Depok, 30 Juni 2001

"Never Felt This Way"

Lagu, terkadang bisa membuat kita 'berdansa' di alam yang lain,
Lagu juga bisa membawa kita menciptakan 'atmosfir' lain dalam hati,
Lagu adalah cara lain 'berwisata' hati,
Karena itulah aku suka lagu ini :


"There will never come a day
you'll ever hear me say
that I want and need to be without you.
I want to give my all.
Baby, just hold me.
Simply control me.
'Cuz your arms, they keep away the lonelies.

When I look into your eyes
then I relize
that all I need is you in my life.
All I need is you in my life.
'Coz I've never felt this way about lovin'.
Never felt so good.
Never felt this way about lovin'
It feels so good.
How it takes my breath,
starts a pounding in my chest,
makes me weak, when I think about you.
Makes me wanna give my all,
Life wouldn't mean a thing.
Not a happy song to sing,
just emptiness if I had to live without you.

'Coz I've never felt this way about lovin', darlin'
Never felt so good.
Never felt this way about lovin'
It feels so good. woo!

(Brian Mcknight)

"Berdamai Dengan Diri Sendiri"


Sudah berdamai dengan diri sendiri ?

Pernah nggak ngrasa 'asing' dengan diri sendiri, and or terkadang kita syusyah buanget buat ngatur diri sendiri, sementara kita tau kita musti berubah ?

Kalo itu dialami, brarti kita belum berdamai dengan diri sendiri...(bagetho katanya...xixixixi)

Contoh soal : Misalnya membiasakan diri buat bangun malem dan sholat malam. Kalo udah tidur nyenyak binti lelap, biasanya susah banget buat bangun...
Apalagi mimpi ketemu brad pitt, wuih pengennya tidur nggak usah bangun2, and kalo bisa to be continued besok malemnya...

Tapi aku pernah baca nih, buat berdamai dengan diri, coba deh kita 'bercakap-cakap' dengan diri sendiri. Misalnya, "Hai kaki, thanks ya selama ini sudah menopangku selama beberapa puluh tahun. Nggak pernah ngeluh aku ajak kemana aja, panas2, kadang pake sepatu high heels, kadang sandal trepes, thanks ya, i love u..."

Trus sama tangan juga gitu, "Thanks ya tangan, udah bantuin aku mengerjakan semua tugasku, walaupun kadang aku lupa kasih kamu handbody" xixixi...dan seterusnya...dan seterusnya...
Trus coba bilang ke badan kita, "My lovely body, aku berterima kasih padamu, tapi boleh nggak aku minta sesuatu darimu, aku pengen deh mulai ntar malam bangun malam dan sholat malem, Bukankan itu baik buat kita ?.."

Nah kalo kita sudah 'bercakap-cakap' dan 'bernegosiasi' dengan badan kita, InsyaAllah mereka pasti akan membantu. Ntar malem, pas jam 3 pasti kamu kebangun deh...

Begitu juga dengan kebiasan2 baik lainnya. Kita bisa 'minta tolong' with my body, Misalnya biar nggak suka marah2, coba bicara dengan hati kita, "Hai hati, bantu aku ya biar aku jadi lebih sabar, lebih tenang, terima kasih hati, aku menyayangimu.."

Hehehe...Mau Coba ??

'Sedikit Tentang Bahagia"




Pada suatu zaman di Tiongkok, hiduplah seorang jenderal besar yang selalu menang dalam setiap pertempuran. Karena itulah, ia dijuluki "Sang Jenderal Penakluk" oleh rakyat.

Suatu ketika, dalam sebuah pertempuran, ia dan pasukannya terdesak oleh pasukan lawan yang berkali lipat lebih banyak.
Mereka melarikan diri, namun terangsak sampai ke pinggir jurang.

Pada saat itu para prajurit Sang Jenderal menjadi putus asa dan ingin menyerah kepada musuh saja. Sang Jenderal segera mengambil inisiatif, "Wahai seluruh pasukan, menang-kalah sudah ditakdirkan oleh dewa-dewa. Kita akan menanyakan kepada para dewa, apakah hari ini kita harus kalah atau akan menang. Saya akan melakukan tos dengan keping keberuntungan ini!".

"Jika sisi gambar yang muncul, kita akan menang. Jika sisi angka yang muncul, kita akan kalah! Biarlah dewa-dewa yang menentukan!" seru Sang Jenderal sambil melemparkan kepingnya untuk ditos.

Ternyata sisi gambar yang muncul !. Keadaan itu disambut histeris oleh pasukan Sang Jenderal, "Hahaha… dewa-dewa di pihak kita! Kita sudah pasti menang!!!"

Dengan semangat membara, bagaikan kesetanan mereka berbalik menggempur balik pasukan lawan. Akhirnya, mereka benar-benar berhasil menunggang-langgangkan lawan yang berlipat-lipat banyaknya.


Pada senja pasca-kemenangan, seorang prajurit berkata kepada Sang Jenderal, "Kemenangan kita telah ditentukan dari langit, dewa-dewa begitu baik terhadap kita."


Sang Jenderal menukas, "Apa iya sih?" sembari melemparkan keping keberuntungannya kepada prajurit itu. Si prajurit memeriksa kedua sisi keping itu, dan dia hanya bisa melongo ketika mendapati bahwa ternyata kedua sisinya adalah gambar !...

................

Memang dalam hidup ini ada banyak hal eksternal yang tidak bisa kita ubah. Banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan kehendak kita. Namun demikian, pada dasarnya dan pada akhirnya, kita tetap bisa mengubah pikiran atau sisi internal kita sendiri: untuk menjadi bahagia atau menjadi tidak berbahagia. Jika bahagia atau tidak bahagia diidentikkan dengan nasib baik atau nasib buruk, jadi sebenarnya nasib kita tidaklah ditentukan oleh siapa-siapa, melainkan oleh diri kita sendiri. Ujung-ujungnya, kebahagiaan adalah sebuah pilihan proaktif...

...................

" ?????? "

"Seperti apa aku ingin disebut ?, seniman, penulis atau penghayal ?"

Tapi malam ini aku aku bukan apa2, karena aku gag nyeni blaz !!, aku juga gag punya ide mau nulis apa ! , bahkan buat menghayalpun, binggung mau menghayal apa...(?????)
......

Tapi juga aku gag peduli jadi apapun aku malam ini, yang penting hatiku bahagia.....

Bahagia karena aku masih bisa bernapas,
Bahagia karena aku masih bisa makan malam,
Bahagia karena aku masih punya cinta,
Bahagia karena aku masih punya rindu,
Bahagia karena aku masih bisa tersenyum,
Bahagia karena aku masih bisa membuatmu bahagia....

I love my life....

"Leaving On a Jet Plane"




All my bags are packed, I'm ready to go.
I'm standing here outside your door
I hate to wake you up to say Goodbye

But the dawn is breaking it's early morn
The taxi's waiting he's blowin' his horn
Already I'm so lonesome I could die

So kiss me and smile for me
Tell me that you'll wait for me
Hold me like you'll never let me go
'cause I'm leaving on a Jet Plane
Don't know when I'll be back again
Oh babe I hate to go

There's so many times I've let you down
So many times I've played around
I tell you now they don't mean a thing

Everyplace I go I'll think of you
Every song I sing I'll sing for you
When I come back I'll bring your wedding ring


Now the time has come to leave you
One more time let me kiss you
Close your eyes I'll be on my way

Dream about the days to come
When I won't have to leave alone
About the times I won't have to say...

.......................................

"1+1 Tidak Selalu 2"

Aku tak pernah bisa artikan senyummu,
Karena senyummu kelu...
....

Aku tak pernah bisa artikan tawamu,
Karena tawamu tak selalu buat aku
....

Aku tak pernah bisa artikan sapamu,
Karena aku tak pernah tahu siapa kamu
......

"Kabut Tebal"


Itu bulan”, katamu
“Bukan, itu matahari”, sahutku
“Itu bulan…!!!”, katamu ngeyel
“Bukan, itu matahari.
Bulan sudah dimakan Betara Kala kemarin”, sahutku
“Itu bulan…!!!!”, katamu dengan suara tinggi
“Itu matahari, cuma karena sekarang banyak kabut jadi seperti bulan”, jelasku
“Itu bulan…..!!!!!!”, teriakmu

Matamu yang bening terpaku menatapnya
Tak berkedip
Dan kau tetap pada pendirianmu
Bahwa itu bulan
“Matahari tak pernah keluar malam, kan ?” gumanmu

Kabut makin tebal
Kita sama-sama ragu, apakah itu bulan atau matahari,
Karena tak lagi jelas perbedaan
Siang atau malam

[Pringamba, 21-9-97]

(Isroi)

(mungkin) "H a t i k u"



(ada gambar daun kering, angin dan tong sampah..)


................

hatiku melayang seperti daun melayang layang
kemudian jatuh di rumput
tersapu angin, terinjak sepatu dan terhenti persis di sebelah tong sampah
taman bunga itu...

nanti dulu,
biarkan aku sesaat terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandangi, yang selama ini senantiasa luput
sebelum angin melumatku tanpa basi basi

dan sebelum aku jadi tak berarti...

"Nyanyian Sukma"

......................

Di dasar relung jiwaku, bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tak bisa dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg tipis kainnya,
dan mengalirkan sayang,
Namun bukan menyentuh bibirku.

Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang, dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku

Karena aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh ujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.

Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahdu
Yang membongkarkan rahasia mawar layu.

Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,
Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh teriknya siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.

Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati,

Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahasia perawan suci,

Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?

Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam,
Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyi
Dan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?

Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?


(Dari Kahlil Gibran - ‘Dam’ah Wa Ibtisamah’ -Setetes Air Mata Seulas Senyuman)

"Buat Sepasang Mata Tak Dikenal"


Juwita,

Kalaulah kegandrungan yang kunyatakan ini menarik perhatianmu
Atau tak berarti apa-apa bagimu
Maafkanlah aku...
Namun di matamulah,
Dalam lindup bayangannya, suatu petang aku bersandar istirah
Dan sebentar terhantar dalam tidur yang indah.
Dalam ketenangannya kubelai bulan dan bintang-bintang
Kuanyam kapal khayal dari kelopak-kelopak kembang
Dan kubaringkan jiwaku yang lelah di sana
Kuberi minum bibirku yang dahaga
Dan kupuaskan gairah mataku yang mendamba

Juwita,

Waktu kebetulan kita bertemu sebagai dua orang asing yang bertemu
Dukaku pun berjalan juga di jalan itu
Telanjang, tak terselubung
Dengan langkah murung…
Dan engkaulah dukaku itu
Kesedihan dan kegagalan
Kebisuan dan kekecewaan
Mengungkung penyair yang bergulat habis-habisan
Karena puisi, Juwita.. ialah orang asing dinegeriku
Dibunuh kekosongan dan kehampaan.
Jiwaku gemetar ketika aku melihatmu
Aku merasa tiba-tiba seakan sebuah golok mengorek ke dalam darahku
Membersihkan hatiku, mulutku
Meniarapkan aku dengan kening kotor dan tangan meminta
Dalam lindap bayangan matamu yang jelita

Juwita,

Jika tiba-tiba kita bertemu
Jika mataku memandang matamu
Yang anggun, hijau, tenggelam dalam kabut dan hujan
Jika kebetulan pula kita bertemu lagi di jalan
(Dan bukankah hanya nasib kebetulan ini)
Maka akan kucium jalan itu, kucium dua kali


(Muhammad Al Fayaturi)