Rindu Hitam



Hey, jika kamu rindu padanya,

matikan komputermu, tutup matamu

biarkan kantukmu mencumbuimu..

dan,

kamu akan menemukannya di belantara mimpi burukmu !!

p u l a n g

musim kini berlalu berbagai cerita merayu

berpijak di malam yang bertalu
masihku memikirkan dirimu

ku rasakan waktu berlalu tanpa senyummu
sepi yang tlah penuhi hariku

hari ini sayang aku akan pulang
berlabuh di dekap cintamu
karna pelukmu akan selalu
membuat diriku jatuh cinta


dalam riuh suasana menyapa
kian menggoda memanja
semua itu tak akan berarti
selama ku jauh dari dirimu


ku angankan waktu berlalu dengan senyummu
sepi yang tak penuhi hariku


pernahkah kau merasa
berdiri diri tempat yang sama
seperti saat ini ku ada
rindukan nyaman ku ingin sendiri pulang


- 'pulang' Andien -




Puisi Buat Kekasih Hidupku




17 September,
Saat kamu genggam tangnku dan kita ucapkan, 'Kita coba',
Saat itu aku merasa jadi bidadarimu

Saat aku menyakitimu,
Saat itu aku merasa jadi pisau hatimu,

Saat kita lewati hari-hari kita
Ada kebahagiaan hakiki buat kita
- anak anak kita -

Saat kita melewati sisa hidup,
Aku berharap semoga kita berdua bisa menjadi,
...hamparan rumput hijau untuk merebahkan jiwa kita yang lelah
...tonggak kayu yang kokoh, agar kita bisa saling menyandarkan hati kita
...bejana besar, agar dapat menampung airmata kita
...seikat besar mawar warna merah, untuk mewakili rasa bahagia kita

Tanpa saling menyalahkan tanpa saling menyakiti....

b o s a n



a k u d i l a n d a k e b o s a n a n a n

m e n u l i s p u i s i.......


judulnya entah..


..ketika kamu bilang ke aku, "Aku pergi dulu"

aku bilang ke kamu, "Pergilah"..

Aku menunduk, tanpa berani menatap matamu

mata yang selalu membuat aku rindu...

kematian..



Beberapa hari kemarin aku menerima beberapa berita duka. Seorang sahabat dan saudara telah pergi.


Meninggalkan seorang suami yang begitu sabar dan tanpa ada seorang anak. Dan kemarin seorang saudara juga 'pergi' meninggalkan dua orang anak yang menginjak dewasa.

Semua menangis, melepaskan dengan airmata. Seperti tak ingin melepaskan suatu yang selama ini sudah menjadi milik kita, menjadi bagian dari hari-hari kita, menjadi bagian dari hidup kita.

Dan setiap aku menyaksikan satu kematian, aku selalu -kembali- merasa betapa kecil kita. Betapa kematian itu sangat dekat dengan kita. Betapa kita tak punya daya menghadapinya.
Dan juga bahwa kita tak boleh berlebihan meng-claim sesuatu adalah punya kita. We have nothing. Even itu our heart or our soul. Itu pinjaman.

Di sudut rumah duka itu aku duduk. Menatap pada dua orang pemuda yang menangis sesenggukan ditinggalkan ibu tercintanya. juga seorang suami yang terpekur menatap jenazah istri tercintanya.

Aku jadi tak bisa menahan airmata. Tapi entah apa yang kutangisi. Mungkin aku menangisi atas kesadaranku betapa kecil aku di mata Tuhan....

Entahlah,
aku ingin menangis......

*in memoriam Primayanti (Denpasar) dan Mbak Wanti (Jakarta)