..tentang

adalah tentang,
yang tak mungkin bisa kukatakan padamu
tentang sesuatu tentang, yang tak mungkin lagi bisa aku ceritakan padamu
tentang keindahan, kebahagiaan
tentang kepedihan karena tak lagi bisa berbicara tentang sesuatu


(dan tiba-tiba saja tentang tak lagi seindah tentang yang dulu)

Ibu Pertiwi


Kulihat Ibu Pertiwi,
sedang bersusah hati
Airmatanya berlinang
Mas, intan yang kau kenang

Hutan, gunung, sawah, lautan
Simpanan kekayaan

Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa.....

..........





ketika tiba-tiba saja semua menjadi abu-abu

menyusup deras, jauh (juga) dalam bilik-bilik jantungku


------------------



..my solitude


I was in the endless my solitude space

Miserable and moaning at every track of time

Where I found longing ?

Or a heart left to freeze

..dan

...dan alampun berbahasa,
...dan bahasa alam adalah hening

..hening yang punya makna

Cerita Tentang Merapi


NAMA gunung Merapi sudah cukup populer di telinga masyarakat Indonesia. Sesuatu yang berkaitan keberadaan gunung Merapi kerap dikaitkan dengan hal-hal berbau misteri, di antaranya keberadaan makhluk-makhluk gaib penguasa dan penghuni gunung Merapi. Hal ini tidaklah berlebihan, karena hasil investigasi membuktikan bahwa masyarakat setempat yakin kalau penghuni dan penguasa gunung Merapi memang ada.

Mereka memanggilnya dengan sebutan Eyang Merapi. "Bapak lihat bukit kecil di atas itu? Itu namanya gunung Wutah, gapuranya atau pintu gerbangnya kraton Eyang Merapi". Sebaris kalimat dengan nada bangga itu meluncur begitu saja dari Bangat, seorang penduduk asli Kinahrejo Cangkrinagan Sleman, sesaat setelah kami menapaki sebuah ara tandus berbatu tanpa hiasan pepohonan sebatang pun.

Masyarakat setempat meyakini, kawasan wingit yang diapit oleh dua buah gundukan kecil itu memang dikenal sebagai pelatarannya keraton Eyang Merapi. Untuk naik ke sana, diingatkan agar uluk salam, atau sekadar minta permisi begitu di atasnya. "Kulo nuwun Eyang, kulo ingkang sowan, sumangga silakna rikma niro," imbuh istri Bangat, Suharjiyah, sembari menuntun kami untuk menirukan lafal tersebut.

Tenyu saja, imbauan sepasang suami istri yang tubuhnya kian keriput dimakan usia itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, sang penguasa kraton Merapi sangat tersinggung bila ada pendatang baru yang neko-neko (berbuat macam-macam), pethakilan (bertingkah tidak senonoh) tanpa memberi uluk salam (permisi). Hal-hal tersebut jika dilanggar akibatnya akan sangat fatal. "Mereka yang sama sekali tidak mengubris pakem kultur tersebut jelas akibatnya akan fatal, biasanya akan tersesat hingga kecebur jurang," tegas Bangat.

Satu hal yang perlu diingat, setiap pendatang baru di kawasan Kinahrejo niscaya bakal celaka bila sampai menyakiti hati penduduk setempat. "Nantinya bisa-bisa kuwalat jadinya," imbuh Bangat. Sekejam itukah? "Sebenarnya sih enggak. Cuma memang, Eyang Merapi itu nggak suka kalau kampung sini (Kinahrejo, Red) jadi sasaran perbuatan yang nggak terpuji. Masalahnya, warga sini sebetulnyakan masih termasuk rakyatnya kraton Eyang Merapi. Nggak percaya? Coba saja Bapak perhatikan dan tanyakan kepada warga sini, apa pernah wilayah ini terkena semburan lahar panas Merapi? Pasti jawab mereka tidak," terang Bangat.

Ditambahkan, beberapa warga setempat menggambarkan sosok penguasa kraton Merapi dengan makhluk yang menyeramkan, namun berhati mulia dan tidak bermaksud jahat, "Dia adalah pengayom masyarakat setempat," tandas Suharjiyah. Besarnya rasa percaya masyarakat setempat terhadap keberadaan Eyang Merapi membuat mereka yakin bahwa akan hal-hal yang mistis yang terjadi menimpa masyarakat. Misalnya, pintu gerbang kramat, penduduk yang tinggal di lereng gunung Merapi itu percaya bahwa pintu gerbang tersebut penangkal dari segala marabahaya.

Pintu gerbang yang berdiri selama 9 abad itu nyaris pernah tersentuh bencana gunung Merapi. Padahal secara teknis daerah tersebut termasuk daftar daerah bahaya. Hal itu juga tak lepas dari keberadaan dua buah bukit (Wutah dan Kendit) yang berfungsi sebagai benteng desa-desa sekitar Kinahrejo. "Bukit Kendit maupun bukit Wutah itu kan masih masuk dalam wilayah kekuasan Eyang Merapi. Itukan pasebannya (tempat untuk menghadap raja) kraton Eyang Merapi. Jadi nggak mungkin Eyang akan tega membinasakan orang yang memang sudah lama mendiami tempat sekitar itu," Bangat menjelaskan lebih jauh.

Memang, dibandingkan penduduk desa lainnya, nasib penghuni desa Kinahrejo dan sekitarnya termasuk yang beruntung. Selain merupakan desa yang nyaris selalu luput dari ancaman bahaya lahar panas Merapi, desa yang konon termasuk desa kesayangan Eyang Merapi itu juga menjadi sebuah reresentasi dari sebuah suasana kehidupan yang serba nyaman dan tentram.

Tak aneh kalau dikemudian hari kerap muncul sindirin dikalangan penduduk setempat kepada warga diwilayah barat daya gunung Merapi yang kerap jadi langganan bencana lahar. "Kalau ingin hidup tenang tentram, pindahlah kemari. Eyang Merapi kan selalu melindungi kami," ujar Wardiyah, salah seorang warga yang mengaku penduduk asli desa Kinahrejo.

Ucapan Wardiyah tersebut memang ada benarnya. Penduduk desa Kinahrejo seolah telah mendapat garansi dari Eyang Merapi. Pendek kata, selagi mereka patuh terhadap segala peraturan yang ada misalnya selalu mempersembahkan bulu bekti berupa persembahan sesajian serta selalu melakukan ritual labuhan setiap tahunnya, mereka yakin dan optimis bahwa mereka akan senantiasa terhindar dari ancaman letusan Merapi.

'Orang Kuat itu sudah pergi..'


Siang itu kami sekeluarga menyusuri jalan Kaliurang menuju Cangkringan. Awalnya kami berniat untuk makan siang di salah satu rumah makan lesehan di sana. Setelah selesai makan siang, kamipun melanjutkan ke Kali Adem.

Kami ingin melihat Gunung Merapi dari jarak yang terdekat juga satu bunker yang terpendam saat Gunung Merapi erupsi pada tahun 2006, seperti yang diberitakan di media saat itu. Sampai di sana sepanjang mata memandang hanya warna putih keabu-abuan, sisa-sisa debu vulkanik di pohon-pohon, di bangunan-bangunan, juga aliran sungainya. Di sana kami melihat satu bunker yang terpendam dan sudah ditutup untuk umum, hingga kamipun tidak bisa masuk ke dalamnya.


Setelah dari lokasi itu kami pun pulang. Di perjalanan kami melihat ada beberapa petunjuk arah menuju rumah Mbah Maridjan !, orang tua hebat yang menjadi 'pengasuh' Merapi. Kami tertarik untuk berkunjung ke sana (siapa tahu bisa ketemu dan minta resep biar 'roso' alias kuat !! hehe)


Desa Kinahrejo, satu desa asri yang tentu saja hawanya adem. Lokasinya agak menanjak dan menikung. Setelah kami parkir, kamipun menuju rumah Mbah Maridjan. Tertutup pintunya. Hening. Tenang.
Menurut informasi tetangga, beliau sedang berada di Jakarta (mungkin sedang shooting iklan kali ya..)

Kecewa sih, gagal bertemu beliau. Gagal mendapat 'ilmu kuat' (hehe)


Di sebelah kanan rumah beliau ada mesjid yang lumayan luas. Letaknya lebih tinggi dari rumah Mbah Maridjan. Kamipun sholat ashar di sana.

Airnya dingin banget. Udaranya menentramkan. Pantes saja Mbah Maridjan enggan meninggalkan desanya.

...........

Tapi kemarin,
Hijau daun disana tinggal kenangan. Semua berubah menjadi abu-abu dan terasa asing.
Bahkan Mbah Maridjanpun diberitakan telah meninggal dunia dalam posisi yang sangat mulia. Beliau sedang bersujud dalam sholat. Subhnaallah...

Menurut cerita salah satu menantunya, beliau tidak mau meninggalkan Gunung Merapi apapun yang terjadi. Karena beliau adalah satu satu abdi dalem keraton Jogjakarta yang berugas menjaga Gunung Merapi. Mungkin menurut beliau dengan 'pergi' disamping Merapi yang harus dijaga adalah lebih terhormat daripada pergi meninggalkan Merapi 'menangis' sendirian.
Subhanallah...

Mbah, memang fisikmu terlihat kecil dan lemah. Tapi jiwamu, kesetiaanmu dan hatimu begitu kuat (ROSO). Aku pikir tidak salah bila salah satu minuman multivitamin menjadikan Mbah Maridjan sebagai salah satu iconnya 'manusia yang kuat' (Roso ! Roso ! ingat ucapan itu ?)


Bukankah TIDAK SELALU dalam 'badan yang kuat terdapat jiwa yang sehat ?'

Selamat jalan Mbah, aku harus belajar banyak padamu tentang kesetiaan, tentang kekuatan hati....
Innalillahi Wainaillahi Roji'un.....

..klitikan


'klitikan' adalah sebuah pasar malam yang awalnya berada di trotoar di Jl. Mangkubumi, Jogjakarta, hanya bebeapa meter dari Tugu Jogja. Pasar ini mulai buka malam hari, setelah toko-toko di jalan ini tutup.

Tapi kemudian dengan alasan 'keindahan kota' dan agar lebih terakomodir, maka Pasar Klitikan ini dipindahkan ke daerah Pakuncen. Dibuatkan bagunan yang cukup megah, 3 lantai, dengan gaya bangunan terbuka.


Ada keasyikan tersendiri mengunjungi pasar ini. Konsep awalnya dari pasar ini sepertinya adalah pasar loak, yaitu menjual barang-barang bekas pakai. Tapi diperkembangan selanjutnya banyak juga barang-barang baru dengan harga yang relatif miring, seperti misalnya HP, alat-alat pertukangan, alat-alat mobil dan lainnya.


Kalau mau mencari uang kuno, pasar ini menyediakan berbagai macam jenis uang kuno (biasanya buat mas kawin ya, biar nilainya agak-agak 'aneh' gitu). Sepatu bekas juga ada, sandal bekas, keris bekas dan bekas-bekas lainnya.

..sore



Sore di Djendelo, tempat baca dan ngopi di atas Toko Buku Toga Mas Gejayan Jogja.


Berdua dengan cintaku, ditemani rintik hujan, secangkir 'boeroeng-boeroeng manyar' (cappucino) panas, juga sepotong pai coklat dan seiris brownies...


Membuang waktu sore dan membiarkan angan menyusuri lembaran lembaran buku, ada Kepak Sayap Patah dan buku Pramudya.

Ada black board, yang bisa digambari bagi yang sedang ingin menggambar. Menggambar rasa, menggambar kata...


Ditempat ini menu kopi dan teh yang disajikan judulnya lucu-lucu. Ada 'Namaku Centhini', 'Arjuno Dadi Romo', 'Kuminum kata-kata',' boeroeng-boeroeng manyar' dan masih banyak lagi

Satu sore di Djendelo
di Djogja.... ah Djogja...

..kesalahan yang sama



thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me
thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me
thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me
thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me
thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me
thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me thinking of you thinking of me

..sunyi

Sunyi itu begitu sunyi... Sunyinya telah melampaui rasa sunyi itu sendiri Sunyi yang seperti angin, Tak terlihat namun terasa... Sunyi itu...

The Perfect Heart


A young man was standing in the middle of the town proclaiming that he had the most beautiful heart in the whole valley. A large crowd gathered and they all admired his heart for it was perfect. There was not a mark or a flaw in it.

But an old man appeared at the front of the crowd and said, “Your heart is not nearly as beautiful as mine.”

The crowd and the young man looked at the old man’s heart. It was beating strongly but full of scars. It had places where pieces had been removed and other pieces put in … but they didn’t fit quite right and there were several jagged edges. The young man looked at the old man’s heart and laughed. “You must be joking,” he said. “Compare your heart with mine … mine is perfect and yours is a mess of scars and tears.”

” “Yes,” said the old man, “Yours is perfect looking … but I would never trade with you. You see, every scar represents a person to whom I have given my love….. I tear out a piece of my heart and give it to them … and often they give me a piece of their heart which fits into the empty place in my heart but because the pieces aren’t exact, I have some rough edges. “ Sometimes I have given pieces of my heart away … and the other person hasn’t returned a piece of his heart to me. These are the empty gouges … giving love is taking a chance. Although these gouges are painful, they stay open, reminding me of the love I have for these people too … and I hope someday they may return and fill the space I have waiting. So now do you see what true beauty is?”

The young man stood silently with tears running down his cheeks. He walked up to the old man, reached into his perfect young and beautiful heart, and ripped a piece out. He offered it to the old man. The old man took his offering, placed it in his heart and then took a piece from his old scarred heart and placed it in the wound in the young man’s heart. It fit …. but not perfectly, as there were some jagged edges. The young man looked at his heart, not perfect anymore but more beautiful than ever, since lovefrom the old man’s heart flowed into his.

Cerita indah ini diambil dari sini

Pengen

Pengen bikin sinetron, judulnya : KENAPA MUSTI ADA SINETRON

Kamu, Aku, Kita dan Dunia = Damai



Seperti biasa pagi ini aku menunggu jemputan untuk menuju kantor. Satu bis kecil yang disiapkan kantor untuk beberapa karyawan yang memiliki satu wilayah tempat tinggal. Aku tinggal di Depok.

Dalam satu bis, ada beberapa teman dari beberapa kantor dalam satu holding di perusahaan kami. Berbagi latar belakang, jabatan, jenis kelamin dan tentu saja pola pikir.

Kantorku ada di Gedung Bidakara, Jl. Jend. Gatot Subroto. Sambil menghabiskan waktu yang lumayan panjang dalam bis (kami biasanya melewati tol Cibubur kemudian masuk Tol Dalam Kota), aku selalu membawa buku untuk kubaca. Lumayan, siapa tahu ada pelajaran indah, ide cantik atau apapun yang pasti aku yakini dengan membaca buku aku jadi lebih 'pintar' guna menunjang pekerjaanku sebagai seorang Sekretaris yang harus bisa mengarang surat, mengarang perjanjian, dan (kadang) membuatkan 'puisi protes' buat atasanku.. hihihi...

Waktu itu buku yang sedang kubaca adalah seri motivasi dari seorang motivator yang sudah cukup ternama dan di juluki resi manajemen. Kebetulan beliau memiliki keyakinan yang berbeda dari aku. Saat asyik membaca buku itu, tiba-tiba seorang teman, kebetulan adalah seorang laki-laki menyapaku, "Sedang baca buku apa Rien ?"
Tanpa menjawab, aku tunjukan bukuku.

Begitu dia melihat buku yang sedang aku baca, dia berkata,
"Kok baca buku itu sih ?" "Bukannya dia nggak seagama dengan kita?""Paling tidak kalau dia tidak sama keyakinannya dengan kita, pandangan hidupnya pasti berbeda dengan kita"
....Bla..bla...bla.., temanku tadi terus nyerocos dengan mata kuliah PAI-nya.

Aku diam mendengarkan. Lalu aku bertanya, "Udah pernah baca buku ini ?". Dia menjawab. "Belum". Hmmm...aku tersenyum. Sepertinya percuma aku membahas satu hal tentang satu hal yang belum diketahuinya. Aku hanya tersenyum, lalu kututup bukuku dan aku mengalihkan pandangan keluar jendela. Menikmati kemacetan di luar sana.

Sepanjang perjalanan, aku berpikir, apakah untuk melihat satu kebaikan harus selalu dari golongan yang sama ?Bukankah kita bisa belajar tentang kebaikan dari mana saja ? Dari pohon, dari gunung, dari laut, dari semut dan dari makhluk Tuhan lainnya ? Bukankah bahkan terkadang alam membawa 'suara' Tuhan ?

Di luar, aku melihat pemandangan yang bermacam-macam. Ada seorang bapak yang memaki-maki seorang penjual air mineral karena menyenggol kaca spion mobil mewahnya, ada perempuan yang sibuk berdandan dalam mobilnya, karena mungkin tidak sempat berdandan dari rumahnya, karena harus berangkat pagi-pagi ke kantor (ini pemandangan biasa di Jakarta), ada yang tidak sabar dengan menekan klakson mobilnya keras-keras karena kemacetan yang panjang, padahal dia tahu suara klaksonnya tidak mungkin bisa mengurai kemacetan ini.

Dengan begitu banyak manusia dengan segala perilakunya dan (mungkin) dengan keteladanan yang bisa aku ambil hikmahnya, apakah juga aku harus bertanya, "MAAF, AGAMA ANDA APA ?"..........hmmm..

AllahuAkbar !!

Hmmm....

"Jika kamu takut jiwamu menjadi tidak seimbang karena MENCINTAI, jangan takut, karena dengan MENCINTAI maka hidupmu akan menjadi SEIMBANG (Eat, Pray, Love)

CINTA buat OLA



Ini Ola, umurnya 8 bulan. Lucu ya ?

Pada awalnya aku paling tidak suka memelihara binatang di rumah. Ini mungkin pengaruh masa lalu. Dulu waktu kecil, keluarga kami setiap 3 tahun sekali ayahku selalu pindah tugas. Dari Jawa Timur (Surabaya, Kediri), trus ke P. Sumbawa ( Bima dan Dompu), trus ke Bali (Singaraja dan Denpasar) dan ke Mataram (Lombok).

Hampir di setiap tempat, rumah kami selalu ada semacam 'mini zoo'. Binatang yang ada misalnya, kijang, kalkun, ayam bekisar, burung (apalah namanya aku nggak tahu), lele putih, kelinci, monyet bahkan kuda juga sempat ada. Dan walaupun ketika itu aku tidak ikut memelihara, tapi aku lihat betapa ribetnya memelihara mereka.

Aku ingat saat si monyet (Prado namanya) terkena tumor di matanya, ibuku dengan sabar menyuapi susu. Tapi akhirnya Prado harus 'berpulang' juga. Hmm....

Dari pengalaman itu, aku berpikir paling males deh punya binatang peliharaan. Pun saat aku sudah jadi ibu-ibu. Saat anak-anakku ingin punya binatang peliharaan, dengan tegas aku berkata No Way !.

Lamaaaaa...mereka membujukku, ditawarkan mulai dari kelinci, aku jawab No ! karena kelinci cepat berkembang biaknya. Hamster, aku berteriak kencang Noooooooo!!!!!! karena aku paling benci dengan tikus (sebenarnya gag benci sih, tapi lebih tepatnya SUNGKAN ! heehehe).

Akhirnya mereka memilih kucing !. Aku masih berpikir 100 kali, karena aku juga tidak terlalu senang kucing. Tapi lama kelamaan aku pikir, okelah kucing, karena punya nilai jual (hihihii....dasar ibu-ibu).

Setelah mencari kucing yang disukai anak-anak, tibalah hari itu, Kami meng-adopt anak kucing berumur 4 bulan. Sebelumnya aku sudah belajar bagaimana memberi makan, mengajari sesuatu, membuatnya tidak stres, dan pelajaran cara memelihara kucing dari cattery tempat kami mendapatkannya. Kami beri nama Ola. Dia betina, berwarna putih dan abu-abu, juga ada sedikit kuningnya. Lucu. Ayahnya British dan ibunya Persia (kalau manusia, indo kali ya...).


Hari pertama dia ada di rumah, aku harus melatih untuk BAB di tempat yg sudah disediakan. Awalnya dia BAB di korden dalam kamarku !!! MasyaAllah ! aku jengkel sekali, tapi aku pikir ya mungkin ini ujian kesabaranku ( :D ). Tapi setelah itu dia akhirnya patuh dan selalu BAB dan BAK di tempatnya.

Begitu juga saat dia sakit diare. Persis seperti mengasuh adek bayi, aku harus telaten memberi obat dengan pipet, mencamput obatnya dengan madu biar nggak pahit, memberikan multivitamin, juga memanggil dokter ke rumah untuk menyuntikkan anti biotik.

Sekarang, Ola sudah 8 bulan bersama kami. Dan kamipun sangat sayang padanya, demikian pula aku. Entah kenapa sepertinya ada ikatan bathin yg kuat antara aku dan Ola. Aku yang semula tidak suka kucing, sekarang dengan Ola aku sayangggg banget. Aku berpikir Ola seperti seorang anak kecil yang tak berayah dan beribu yang dititipkan kepadaku. I love her so much !!


Ternyata memang benar, cinta dan kasih sayang itu tidak memandang SARA. Mau dari suku kucing atau manusia, dari Ras Persia maupun orang Jawa, CINTA ternyata bisa menjembatani semuanya..
...

Malaikat Berbaju Bunga-Bunga


”Apa kamu datang untuk memintal semua masa lalu itu?”. Ia menggeleng.”Aku hanya membawa sebagian masa lalu itu. Sebagian lagi, aku datang dengan membawa sayap yang akan menerbangkan aku jauh ke depan…”, katanya penuh makna.
”Kepakkanlah sayap-sayap kecil itu,” sambutku bahagia.

Ia memandangku. Bola matanya mengisyaratkan sesuatu yang lebih dari sebuah sapaan mesra. Penuh pukau, dan menyelam jauh ke kedalaman jiwaku.

Malaikat kecil berbaju bunga-bunga itu terbang lagi. Hilang dalam pendar malam. Jauh...jauh...lalu menyelinap sempurna di balik bayangan penuh sang purnama.

Aku tertegun di sini, sendiri...






TERSENYUMLAH



"Aku mengenal dikau, tlah cukup lama separuh usiaku
Namun begitu banyak, pelajaran yang aku terima

Kau membuatku mengerti hidup ini

Kita terlahir bagai selembar kertas putih
Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai Dan terwujud harmoni: ......(Harmony - Padi)


Aida membuka selembar kertas yang disisipkan dalam buku yang Aldo berikan padanya kemarin sore. Pelan-pelan mulai ia baca :

"Sudahlah, tak perlu nelangsa. Tersenyumlah untuk segala kesunyian. Tertawalah buat kesedihan dan kesepian. Kau dan aku, bersyukurlah, masih ada. Cinta dan kasih sayang tak akan (pernah) pergi. Lukisan Picasso dan Jeihan masih bisa membunuh lara kita. Perempuan-perempuan Jeihan dengan kedua matanya yang selalu gelap, pelajaran bagus buat kita yang terasa kian menua"
...........

Terima kasih, untuk pelajaran hidup yang telah diberikan. Pelajaran untuk selalu bersyukur atas apa yang belum kita terima.Terima kasih untuk boleh mengingat melalui kata-kata.

Aida tersenyum sumir. Dilipatnya lagi kertas itu dan dimasukan dalam buku yang diberi sampul bergambar burung camar terbang di atas langit. "Sampai jumpa", katanya lirih.

"Segala kebaikan, takan terhapus oleh kepahitan
Kulapangkan resah jiwa

Karena kupercaya kan berujung indah

Kau membuatku mengerti hidup ini,
Kita terlahir bagai selembar kertas putih..."

DIAM



Dengan sabar aku menunggu sulur-sulur cerita yang keluar dari rekahan waktu yang gelap dan dalam. Tugasku adalah belajar untuk diam, mendengarkan, menyimak, lalu bercerita lagi dengan suara yang lirih.

Tapi ajaib !
Dengan diam aku ternyata lebih bisa mendengarkan
suara yang hanya dianggap dengungan, sayup dan lamat-lamat
Maka aku akan tetap diam
karena dengan diam aku merasa bahwa kamu ada


Jazz Sebuah Dunia Yang Jujur


Jazz Mben Senin edisi tanggal 11 Oktober 2010 berthemakan Fund raising. Acara 'penggalangan dana' untuk pembuatan Cd Ngayogjazz yang jilid 2.

Acara fund raising ini bukan acara bebas nge-jam seperti senin senin biasanya, tapi lebih ke pertunjukan. Dan untuk kesekian puluh kalinya aku berasa sangat beruntung hidup di Jogjakarta. Disini seni benar-benar mendapatkan 'tempatnya'. Dan tempatnya bisa
berupa apa saja. Mau kotak, bulat, persegi, lonjong dan apa saja. Dan semua terkemas dengan sangat indah....



...betapa bunyi bisa mencerminkan perasaan....namun bukankah selalu ada batas untuk jiwa yang marah...Suara saxophone itu mulai melembut. Ajaib, saxophone itu melayang di udara seperti balon. Ajaib !. ....celaka ! bahkan benda matipun bisa merasa kesepian....... Landung Simatupang membacakan satu cerpen dari Trilogi Insiden yang diiringi suara saxophone Jay dan bass Yoga (HYP). Awesome...



Danny kolaborasi dengan alat musik 'gendar' (the part of gamelan). Judul lagunya A-u-e-o (Sorry mas Danny, kalo salah :) ). Tidak ada yang tidak mungkin buat mas Danny. Dan diawal perform, dia selalu bilang, "Saya nggak tau ini nanti jadinya gimana, just enjoy it "... hmmm.....dua jempol buat mas Danny..

Ada juga, Mr. Dance feat Kenny dengan lagu Menthok-menthoknya. Hmm suara bening Kenny terdengar lucu membawakan lagu dolanan anak-anak ini. Nice !

Jay membawakan 'Lindri', satu lagu dolanan juga yang sebelumnya aku nggak pernah tau. Ternyata ini bercerita tentang keprihatinan. Seperti juga 'gethuk lindri' yang terbuat dari singkong dan kelapa. Yang bila dimakan membuat tercekat di tenggorokan. Begitu juga tentang keprihatinan. Wow, satu 'ilmu' lagi.

Hmm...Thank God it's Monday ! memang benar, karena selalu ada ilmu baru setiap pulang dari Jazz Mben Senen...thanks guys...!!

Tak Pernah Memaksa



Aku tak kan pernah memaksamu
percaya adanya pelangi setelah badai,

Aku tak kan pernah memaksamu
untuk mengubah warna biru menjadi hijau

Aku tak kan pernah memaksamu
untuk mencintai

Tak akan pernah....

JMS

JAZZ MBEN SENEN: DEKONSTRUKSI PERSEPSI ALA JOGJA

Cerita oleh zulkarnaensl dikirim pada 10/5/2010
Musik jazz selama ini selalu dicitrakan sebagai musik golongan atas, sehingga hanya orang-orang dari lapis sosial tertentu yang bisa menikmatinya.

Persepsi semacam itu pada akhirnya membelenggu jazz dan menghambat perkembangan jazz di tanah air.

Komunitas Jazz Jogja berusaha mendekonstruksi persepsi itu dengan even mingguan Jazz Mben Senen (Jazz Tiap Senin). Melalui even itu, pemusik dan penikmat jazz bertemu di halaman BBY. Tanpa panggung megah dan pakaian mewah! Tidak ada back drop di panggung. Penonton duduk lesehan di atas tikar, pemain hanya bersandal jepit. Bahkan MC pun merangkap sebagai pemain drum dan saxophone.

Siapapun boleh nge-jam, tanpa dibatasi alat ataupun tempat tinggal. Sungguh suasana yg sangat cair. Sebuah perlawanan indah.

'Satu Jam Saja..'

'Jangan berakhir, aku tak ingin berakhir
Satu jam saja kuingin diam berdua

Mengenang yang pernah ada

Jangan berakhir karena esok takkan lagi
Satu jam saja hingga kurasa bahagia

Mengakhiri segalanya'
.............
(Satu Jam Saja - Audy)


Akhirnya kutemukan kamu dari lima milyar pengguna facebook. Wajahmu masih seperti dulu, jantan, berwibawa dengan senyum 'tanpa perasaan' mu. Dadaku sempat berdegup saat menemukanmu. Aku baca profilmu, ternyata istrimu adalah adik kelas kita, dan sekarang anakmu sudah dua.

Hmm..keluarga bahagia. Aku tersenyum, entah getir entah ikut bahagia. Aku sendiri tidak mengerti. Istrimu cantik, anggun, sederhana dan sepertinya sangat sabar. Anak-anakmu lucu-lucu, ah ternyata sekarang kamu sudah punya seorang gadis yang akan beranjak remaja.

Hendra Pratama merriage to Aulia Setyarini aku membaca status hubunganmu. Ah, aku menghela nafas panjang.

Aku jadi ingat 'Ndra, ketika itu kita bertiga bersahabat. Aku, kamu dan Bimo. Dimana ada aku, pasti ada kamu dan Bimo. Sampai-sampai kita dijuluki 'Tiga Serangkai'.
Tapi sekian lama bersama, aku sendiri heran, kenapa kok tiba-tiba ada 'rasa' di antara kita. Aku suka kamu, dan Bimo suka aku.

Ini memang tidak kita sukai, tapi bukankah rasa cinta itu bebas berkeliaran dimana-mana, dan berhenti dimana dia suka ?
Semua bisa 'terkendalikan' hingga satu hari yang sangat tidak ingin aku kenang itu. Ketika Bimo sakit di Malang. Dan dia menginginkan kita berdua ke sana.

Ternyata Bimo di vonis dokter terkena Leukimia !. Aku ingat saat itu kita berdua menangis keras, seperti dua orang anak yang kehilangan layangan. Dan sejak saat itu kita tidak bertiga lagi. Kita cuma berdua. Bimo berusaha melawan sakitnya di Kota Kelahirannya. Meski demikian komunikasi kita terus berjalan, dan Bimo tetap dengan rasa cintanya padaku.


'Ndra, kamu ingat malam itu saat kita sedang sedih mengingat nasib Bimo, kita memutuskan untuk menenangkan diri ke laut. Kita berusaha menyatukan rasa sedih kita dengan keheningan panjang di sana. Cuma berdua. Dan entah dari mana datangnya setan itu, kitapun terjebak dalam situasi yang sangat tidak dibenarkan.

Aku menangis saat itu. Takut, sedih dan entah tangisan apa lagi. Dan kamupun meneteskan air mata sambil memukul-mukul kepalamu. Tapi semua sudah terjadi 'Ndra. Kita telah melakukan dosa besar. Kita juga sudah mengkhianati cinta Bimo kepadaku. Ah, andai bisa ingin aku hapus alinea ini dalam alur cerita hidup kita.


Hingga Jumat siang itu, handphone berdering. Ada satu nomor telepon dengan kode area Malang. Aku tersentak kaget. Aku takut ada berita buruk tentang Bimo.

"Assalamualaikum..", sapa ku "Walaikum salam", terdengar suara seorang ibu dengan lembut "Maaf Andra, mungkin nanda kaget, ini ibunya Bimo. Ada hal yang ingin ibu sampaikan padamu". Aku tersentak kaget. "Ibu ingin sampaikan padamu, kemarin Bimo kontrol lagi ke dokter, dan dokter mengatakan, bahwa demi untuk memperbesar kemungkinan Bimo bisa sembuh, psikologisnya juga berperan. Sebisa mungkin Bimo harus selalu merasa bahagia dan tidak stres"

"Dan begini, Andra, Kemarin ibu ngobrol dari hati ke hati dengan Bimo, kira-kira apa yang bisa membuatnya bahagia"
, suara lembut ibunya terdengar sedih di telingaku. Aku tercekat, dadaku berdegup kencang.

Ibu itu melanjutkan , "Bimo ingin melamarmu Andra".
Tiba-tiba saja mataku berkunang-kunang. Ya Tuhan, apa lagi ini. Aku ingin menangis.

"Andra, apa pendapatmu?", tanya ibu nya Bimo. "Baik bu nanti saya bicarakan dengan keluarga", kataku untuk melepaskan diri dari keadaan yang membuat aku mau mati ini.

Dan telepon itu ditutup. Aku terduduk lunglai. Aku tidak tahu apa yang harus aku pikirkan.


- 3 bulan kemudian...........
Aku menerima lamaran Bimo !, dengan pertimbangan akupun ingin melihat Bimo bahagia dan sehat lagi. Ini kulakukan karena aku sayang padanya, tapi apakah aku cinta pada Bimo ?. Ah, wajah Hendra menari-nari di pikiranku. Ya mungkin aku lebih mencintai Hendra. Tapi ?....

Dan hari itupun tiba. Keluarga Bimo datang ke rumah, juga Bimo. Aku senang melihat Bimo terlihat sehat dan agak gemukan. Acarapun berlangsung dengan lancar. Tapi kemana Hendra ? bukannya aku juga mengundang Hendra ?. Apakah mungkin dia sakit hati atas apa yang aku putuskan ?

- 2 tahun berselang,........

Dua tahun setelah pernikahanku dengan Bimo, dan kami dikaruniai 1 putri kecil, Bimo 'berpulang' kepada Allah SWT. Kami semua sedih tentunya. Aku seperti kehilangan sebagian hidupku. Tapi sudahlah, mungkin itu lebih baik untuk Bimo.

Sudah cukup lama dia melawan rasa sakitnya. Biarkan dia berbahagia di surga sana.
Sejak saat itu aku hidup berdua dengan anakku. Akupun mulai lagi bekerja untuk membiayai anakku dan juga untuk menghabiskan waktu sendiriku.

Tapi apa kabarnya Hendra ? Ah, sejak acara lamaran itu, Hendra tidak pernah menghubungi aku lagi. Tapi kenapa dadaku masih berdegup setiap mengingat dia ?. Ah sudahlah....


----------

Ciuman lembut di rambutku membuyarkan konsentrasiku,
"Bikin cerita apa lagi Ma ?", tanya Mas Ade sambil menyalakan televisi di kamar kami.
"Cerita cinta lagi ?" "Gimana ceritanya ?", tanyanya, mulai merebahkan diri di atas kasur.

"Oh, iya dong, cerita cinta", kataku
"Gini lho ceritanya..", aku mulai cerita garis besarnya saja. Belum selesai aku bercerita, aku menengok ke belakang, Mas Ade sudah mendengkur dengan majalah didekapannya.

Yah sudahlah, besok lagi aku lanjutkan. Aku menutup laptopku, aku ke kamar mandi, ambil air wudlu, Aku mau tahajud.....

Dari kamar mandi, samar aku dengar dari televisi lagu Satu Jam Saja,

Jangan berakhir ku ingin sebentar lagi
Satu jam saja biarkan aku merasa

Rasa itu pernah ada..................

'Gambang Suling'




Gendhang/kendhangpun bisa ngejazz malam itu, di Jazz Mben Senen, Senin kemarin yang ber-themakan, Standard Jazz.

Dengan lagu 'Gambang Suling' dibawakan manis oleh Jay, Yoga, Coki, Mbon dan Mbak Verita dengan gendhang nya.
Musik memang universal, luas, tanpa batas.....hmmmm


Grande, belle !! I love it !!

Apa..


"Apa yang masih kamu ingat tentang aku ?",
tanyamu sore itu diperjumpaan kita yang tak pernah aku duga, setelah kita berpisah selama 10 tahun. Aku menunduk dalam. Tak kuasa aku tatap matamu yang dulu sangat kugilai. Tak kuasa aku menatap senyum lembutmu yang dulu sangat aku kagumi.

Apa yang kuingat tentang kamu ?. Tentu saja banyak yang aku ingat. Aku ingat rengkuhan tangan kekarmu yang melindungiku saat kita menyaksikan konser jazz malam itu. Juga panggilan sayangmu kepadaku "genduk" yang awalnya sangat asing di telingaku. Tapi lama kelamaan panggilan itu yang sering membuatku rindu.

Tentu saja aku ingat saat kamu datang ke kosku selalu membawa sebungkus coklat hazelnut kesukaanku. Dan tentu saja aku ingat saat kamu kecup lembut keningku di hari ulangtahunku. Aku gemetar saat itu. Dan aku sangat malu.

Aku juga ingat, saat kemudian kamu tak pernah lagi datang ke kosku selama berbulan-bulan tanpa kabar. Aku juga pasti ingat, setelah berbulan-bulan kemudian tanpa sengaja kita bertemu disalah satu kedai, kamu datang bersama seorang gadis manis berjilbab ungu yang bergelayut mesra di bahumu, yang samar aku dengar kamu panggil juga "genduk".

Kamu tahu 'Dre, setelah hari itu, selama dua hari aku menggigil di kamar kosku menahan sakit hati. Saat itu rasanya ingin aku akhiri hidupku. Aku gila karena cinta 'Dre. Karena cintamu......

.......

"Kenya, apa yang kamu ingat ?", sapamu menyadarkan aku, kalau ternyata pertanyaanmu belum sempat aku jawab.

'KOSONG'



"Kamu seperti hantu, terus menghantuiku
kemanapun tubuhku pergi, kau terus membayangi aku

Salahku biarkan kamu, bermain dengan hatiku
Aku tak bisa memusnahkan, kau dari pikiranku ini"

............ (Maha Dewi - Kosong)

Hmm, seperti itulah kamu, seperti hantu. Hantu cuek yang selalu bergentayangan di hatiku, di benakku, di mana-mana. Sudah kucoba menepismu dengan segala sajen lengkap dan kemenyannya, juga bunga tujuh rupa dan air dari tujuh mata air dari RT yang berbeda-beda. Tapi tetap saja kamu ada, seperti hantu.

Hatiku masih saja sendiri dimakan sakit hati. Tak bisa rasanya aku kebalkan hanya dengan senyuman dan berkata dalam hati, ah aku baik-baik saja.

Music

Musik mewakili semua rasa, - Fallen, at Momento Cafe - (posting by http://www.uc-browser.com)

Melupa dilupa


Aku tahu ada sukma di balik dinding bisu
Tapi aku tak kuasa walaupun sekedar untuk mengerjapkan mata
Kalau saja aku punya mesin menghancur lara
Akan kuganti lara dengan canda tawa

Tapi ah,
Aku cuma sebentar di sini
Selanjutnya akan dilupa dan melupa

'Tujuh Puluh'



Seorang pemuda penyair berkata kepada seorang putri, "Aku cinta padamu". Dan jawab putri itu, "Aku juga cinta padamu, anakku".

"Tapi aku bukan anakmu. Aku seorang pria dan aku cinta padamu".

Kata putri itu lagi, "Aku seorang ibu dari sejumlah putra dan putri, salah satu putraku, jauh lebih tua darimu".

Pemuda penyair itu bersikeras, katanya, "Tapi aku cinta padamu".

Tak lama berselang, putri itu wafat, namun sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya di bumi, ia berkata kepada jiwanya sendiri, "Cintaku, putraku satu-satunya, pemuda penyairku, suatu hari kelak kita akan bertemu lagi, dan aku tak akan berumur tujuhpuluh tahun ketika saat itu tiba".


- Perjalanan Hati Sang Nabi - Kahlil
Gibran -