PEREMPUAN, penuh CINTA



Namaku Lanting, aku 45 tahun, anakku 5 dan pekerjaanku adalah pemecah batu. Suamiku sedang sakit dan tidak bisa lagi mencari nafkah buat kami sekeluarga.

Setiap hari dari pekerjaanku, aku mendapat uang 10 ribu, yang aku gunakan untuk membeli makan anak-anakku, membayar sekolah, membeli obat buat suamiku dan keperluan rumah tangga yang lainnya.

Memang, secara matematis, jumlah uang itu sama sekali tidak cukup menutupi semua kebutuhan hidup kami. Tapi aku percaya, ada 'tangan' lain yang akan mencukupkannya.
Semakin tua, tenagaku semakin sedikit, hingga tidak bisa menghasilkan uang lebih banyak. Tapi lisanku masih kuat untuk meminta apa saja pada Allah Ta'ala. Meminta sebanyak yang aku bisa minta. Juga meminta, agar anak-anakku hidupnya lebih bahagia dari hidupku sekarang. Ini semua karena aku sangat mencintai mereka.............

------------------------------

Aku Suci, umurku 32 tahun, aku tidak bekerja. Suamiku seorang karyawan menengah satu perusahaan swasta. Di usia pernikahan kami yang ke 10, kami belum dikarunia anak. Aku (sebenarnya) sangat sedih, tapi aku percaya Allah SWT punya rencana indah buat kami.

Kemarin, aku mendapat kabar, salah seorang kerabatku meninggal dunia setelah melahirkan anak pertamanya, setelah sebelumnya ayah anak itupun meninggal karena kecelakaan.
Sedih memang mendengarnya. Anak kecil itu kini yatim piatu.

Dengan keberanian yang sebelumnya telah aku diskusikan dengan suami, aku meminta kepada keluarga besar, untuk mengangkat bayi itu menjadi anak kami.
Alhamdulilah, semua keluarga menyetujuinya.

Sekarang, Kenya (begitu kami memberikan nama bayi itu), sudah berumur 1 tahun. Lucu, cantik dan lincah. Entah bagaimana kami harus mengucap syukur pada Allah atas kebahagiaan kami ini. Sekarang saat Kenya berumur 1 tahun, alhamdulilah, akupun sedang mengandung 3 bulan anak kami kedua.
Entah ini doa kami yang terkabulkan atau apa, tapi kami berjanji dalam hati, kami tidak akan membedakan kasih sayang kami pada Kenya dan adiknya.

Alhamdulilah, alhamdulilah, alhamdulilah...rasanya 24 jam aku mengucapkan kata itu, belumlah cukup untuk mensyukuri nikmat hidup kami....

----------------------------

Aku perempuan bernama Zahra, usiaku 36 tahun. Aku pekerja di sebuah perusahaan dengan posisi yang sangat menjanjikan. Suamiku juga karyawan dengan posisi yang juga cukup mapan. Semua terlihat sempurna. Tapi sebenarnya ada yang kurang di kehidupan kami, yakni hadirnya buah hati.

Di 2 tahun pernikahan kami, aku divonis menderita penyakit yang mengharuskan mengangkat kandunganku. Sedih memang. Tapi aku pasrah karena mungkin ini jalan hidupku.

Semakin hari, aku semakin merasakan kehampaan dari hiduup kami. Terutama suamiku, yang sangat mengharapkan keturunan, karena memang dia sehat lahir bathin. Lama aku berusaha untuk 'belajar' menerima semua ini, akhirnya aku mendapatkan 'pencerahan' untuk 'merelakan' suamiku menikah lagi. Demi untuk meneruskan keturuanannya.

Aku ikhlas lahir bathin. Aku merasa bahwa dengan menikah lagi, aku akan menambah cinta Allah padaku., menambah saudaraku dan memanjangkan dakwah Islamku. Aku ungkapkan keinginanku pada suami. Awalnya dia menolak, karena dia sangat mencintaiku. Tapi akhirnya aku berhasil meyakinkannya bahwa dengan menikah lagi, bukan berarti cintanya padaku akan hilang, tapi akan semakin bertambah (InsyaAllah....)

Akhirnya dia setuju, 2 tahun yang lalu dia menikah lagi, dengan seorang wanita shalihah yang aku kenalkan. Dia cantik, baik dan penuh pengertian. Aku sangat percaya untuk 'menitipkan' suamiku padanya disaat aku sibuk dengan urusan pekerjaanku.

Sekarang, suamiku dan istrinya sudah dikaruniai seorang bayi mungil, Rasya namanya. Dia adalah anak kami bertiga, karena hadirnya menyemarakkan hidup kami.

Alhamdulilah, kami hidup rukun, saling berbagi cinta dan perhatian. Terimakasih ya Allah atas hidupku yang penuh cinta.....

------------------------

Aku, adalah diriku. Seorang perempuan biasa tanpa keistimewaan yang berarti. Aku 'pernah' terluka. Dan mungkin akan tetap 'terluka' sepanjang hidupku.
Aku tidak bisa berharap banyak dari orang sekitarku, tapi aku akan tetap berharap pada Sang Rabb. Karena di 'dada'nya aku bisa merebahkan kepalaku dengan tenang, dan menumpahkan seluruh laraku.

Aku mencintai keluargaku. anak-anakku dan tentu saja suamiku.
Mereka adalah bagian sejarah hidupku, yang akan aku pertanggungjawabkan di akhir perjalananku.

Aku, adalah diriku. Seorang perempuan biasa tanpa keistimewaan. Tapi aku akan selalu punya CINTA, cinta untuk semua..
Ya Tuhan, utuhkanlah selalu cintaku.....

----------------------------


0 komentar: