"Lelaki Dengan Seikat Bunga Pada Sebuah Taman Menuju Makam"


Seperti senja – senja yang lalu, senja kemarin, lelaki itu masih duduk di bangku yang sama, di taman pada sebuah makam yang sama dan pada posisi yang sama. Dengan setangkai bunga daisy segar, menghadap ke Barat, seakan ingin mengucap selamat jalan pada matahari yang hampir terbenam.

Sementara senja, masih seperti senja yang lalu, senja dengan warna emasnya, dengan matahari yang telah jenuh dan dengan senjanya .
Taman itu pun masih seperti taman yang kemarin. Daun2 yang berguguran dan berserakan, bunga2 setengah layu....(mungkin yang agak berbeda daun yang berserakan lebih banyak dan bunga semakin layu)

Tetapi darimana lelaki itu mendapatkan setangkai bunga daisy segar?...
Seekor burung layang-layang melintas, lelaki menatapnya mengikuti lintasannya ...hening dan diam...
Lelaki itu tersadar oleh sehelai daun kering yang melayang jatuh di pangkuannnya

"Akhirnya kau gugur ...bukankah itu yang kau tunggu..", gumamnya. Dan sehelai daunpun jatuh ke tanah.

Matanya masih menatap ke Barat, tetapi sepertinya bukan ke arah matahari yang terbenam. Mungkin juga ia tak peduli matahari akan terbenam atau tidak, atau malah ia berharap matahari tak pernah terbenam....(?)

Ia masih menikmati debar2 halus di dadanya yang datang setiap senja, dan akan melambat ketika senja hampir berakhir...

Ia masih saja menatap ke arah Barat, atau sepertinya ia menatap ke jalan setapak yang membelah taman....

Sepertinya...ia menunggu seseorang ..mungkin seorang wanita ?, kekasihnya ?, pacarnya atau sebuah kencan buta ?. Menunggu sebuah janji yang entah di ucapkan kapan ?. Ia tak gelisah

Ia masih menatap ke Barat, terkadang matanya terpejam sepertinya ia sedang menikmati debar halus di dadanya dan tangannya semakin erat memegang bunga daisy di tangannnya .

Ia pernah mendengar, dulu, entah kapan seseorang berkata padanya,

"Tunggulah aku di taman ketika hari beranjak sore.."

Ia tak sempat bertanya taman yang mana dan senja kapan… seingatnya ia hanya sempat berkata,

"Janji adalah hutang ,maka aku akan datang"

Seakan–akan ia ingin menegaskan bahwa itu bukan janji omong kosong,
"Ya, janji adalah hutang dan aku akan datang"
"Jika aku tak datang berarti aku sudah mati"

Ia -sepertinya- pernah mendengar itu seperti dalam sebuah film, entah film apa..
Itu yang sempat diingatnya, hanya itu..ia mengaku ia tak bisa mengingat banyak… ia tak ingat siapa yang mengatakannya, dimana, kapan …ia benar-benar tak ingat… dan ia tak perlu mengingat semuanya …

Ia hanya ingat, ia menunggu seseorang di taman ketika hari senja, entah siapa dan kapan…dan ia tahu dan mengerti mengapa ia di sana ..ia tak peduli yang lainnya...

Lampu taman dekat semak melati yang berbunga sudah menyala dan seperti hari kemarin, hari yang lalu, ia beranjak dan meletakkan bunga daisy di bangku.
Ia masih belum mengerti bunga daisy yang selalu ia letakkan di bangku itu selalu hilang. Ia masih belum tahu kemana perginya bunga daisy2 itu, ketika ia kembali senja esoknya.

Mungkinkah penjaga atau penyapu taman yang membuangnya, ataukah seseorang yang lewat mengambilnya dan memberikannnya pada pacarnya atau istrinya, atau seseorang yang di tunggunya datang dan terlambat ?..

Ia tak ingin memikirkan, yang ia tahu dan mengerti ialah ia akan selau kembali setiap senja dengan setangkai bunga daisy segar ...

Ia akan kembali esok senja di bangku yang sama ,menghadap ke Barat entah sampai kapan, mungkin sampai penjaga taman tidak membolehkannnya atau yang ditunggunya akan datang .....
Atau mungkin sampai senja tak akan pernah lagi datang ...
....

(Sebuah makam, lelaki dan airmata di atas setangkai bunga)

0 komentar: