"Malamku Bersama Santi (Dan) Santoso"




Bergegas aku ambil ponselku, kamera, buku catatan kecil dan balpoint. Kemudian aku pakai sepatuku. Hari ini aku ada janji dengan Santoso untuk mengikuti harinya yang selama ini sangat ingin aku ketahui.

Dengan kecepatan yang lumayan dan dibantu dengan traffic light yang selalu menyala hijau, aku tiba di rumah kontrakan Santoso jam 5 sore lebih sedikit. Agak terlambat sedikit dari janji kami.

"Assalamualaikum", sapaku
"Walaikumsalam", suara lelaki yang terdengar agak kemayu dari dalam kamar
"Siapa ?"

"Aku, San", kataku
"Oh mbak Nia, monggo mbak silahkan masuk, ndak dikunci kok"

Aku masuk ke dalam rumah kontrakan kecil itu. Ada ruang tamu kecil, kemudian kamar tidur dan dapur kecil. Terlihat rapi. Agak sedikit aneh memang untuk ukuran kontrakan seorang laki-laki bila serapi ini. Ada vas bunga matahari di atas meja tamu. hmm lumayan cantik.

"Sebentar ya mbak, aku tak siap-siap", kata Santoso memecahkan lamunanku.
"Yo wis, santai aja", kataku

Tiba-tiba Santoso datang dengan nampan berisi segelas teh dan sekaleng kecil lanting (sejenis makanan khas jogja, terbuat dari singkong)

"Monggo mbak di minum sambil nungguin aku siap-siap"
"Iya San, makasih", kataku

Tak lama kemudian, terdengar suara adzan magrib dari mesjid dekat rumah Santoso. Aku segera mengeluarkan tas mukenaku dan bermaksud menumpang sholat di rumahnya.

Dari kamar, Santoso keluar dengan memakai baju koko, lengkap dengan sarung dan pecinya.

"Aku tak ke mesjid dulu ya mbak"
"Kalau mbak mau sholat, monggo di kamar saja, wudhunya di sana", katanya

Aku agak terpana, melihat lelaki "cantik" itu dengan seragam sholatnya.
"O ya San terima kasih", kataku

Setelah beberapa saat, Santoso pulang dari mesjid dan masuk ke kamar lagi.
Aku menunggu dengan setia di ruang tamunya.

Jam menunjukan pukul 7 lebih 15 menit. Tiba-tiba dari kamar Santoso, keluar seorang wanita cantik dengan rambut sebahu diurai, make up tebal, baju seksi dan sepatu berhak tinggi.

Wow !! bisik ku cantik juga perempuan ini. Santoso telah berubah ! Sekarang dia telah berubah menjadi SANTI !. Ya, Santoso adalah seorang waria......

Belum juga habis rasa terpanaku, tiba-tiba Santosa eh Santi berkata,

"Ayo mbak, kita ke pangkalan", katanya. Suaranya berubah jadi centil !

Kami berangkat ke tempat yang Santoso eh Santi sebut sebagi Pangkalan. Di satu sudut kota di Jogja.
Sepanjang perjalanan, aku banyak bertanya kepada Santi, latar belakang dia sampai menjadi seperti ini. Santi menceritakan dengan uraian airmatanya. Aku membaca tidak ada kepurapuraan di setiap ceritanya. Terkadang aku jadi ikut hanyut dalam ceritanya.

Aku sengaja tidak ngebut seperti biasanya, karena aku ingin mendengar banyak cerita Santi tentang hidupnya, impiannya dan rasa bersalahnya.

Aku "menemani" Santi di Pangkalan sampai jam 12 malam. Setelah aku puas memotret segala polah tingkah dari Santi dan teman-temannya, Santi menghampiriku.

"Kita pulang yuk mbak, sudah malam banget", kata Santi
"Oke", kataku

Kamipun kembali ke mobil dan menuju jalan pulang. Aku melirik ke Santi, ada raut lelah di wajahnya. Entah lelah badan atau lelah jiwa, aku tidak bisa menerka.

"Setelah pulang, kamu biasanya ngapain San", tanyaku memecah keheningan kami.
"Setelah pulang ini, aku mandi, bersih-bersih, nanti jam 2 aku tahajud dan saur, mbak"
"Karena besok saya puasa"
"Saya selama ini selalu berpuasa Daud, Insyaallah diberikan kelancaran ya mbak"

Wuih, aku semakin tidak mengerti. Kita manusia diciptakan ada Laki-Laki dan Wanita, dengan segala kodratnya. Sebagai manusia kita telah memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang harus diemban. Seorang wanita akan menjadi ibu, mempunyai anak, dan seorang Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita. Itu sederhananya.
Tapi, dimanakah letak manusia seperti Santi alias Santoso ini ??
Apakah di antaranya ? Apakah mereka 'berwarna abu-abu' diantara warna hitam dan putih ?

Semalamku bersama Santi alias Santoso tidak bisa menjawab keingintahuanku...karena makin kita tahu maka makin kita sadar bahwa banyak yang tidak kita ketahui..........
Ya Allah, Engkau Yang Maha Tahu........

"Terima kasih mbak sudah menemani saya malam ini", kata Santi sesampai di depan rumah kontrakannya
"Semoga Mbak Nia ndak malu berteman dengan saya"

"Aku yang terima kasih San, sudah mau membantu saya", kataku
"Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya"
"Assalamualaikum", kataku sambil berpamitan.

Sepanjang perjalanan pulang, begitu banyak pertanyaan dalam benakku, yang entah aku akan dapat jawabannya di mana. Aku melayang-layang seperti baru pulang dari 'dunia yang lain'....
Subhanallah, malam yang lain dari biasanya...

(Saat aku sadar bahwa masih banyak 'dunia' yang belum aku pahami)

0 komentar: