"T A N I A"
" Seharusnya aku bisu dan buta tapi tidak tuli. Agar aku tak bisa membantahmu, tak bisa melihat kelakuanmu, tapi aku selalu bisa mendengarkan keinginanmu"
Aku membaca secarik kertas yang dituliskan seorang sahabat perempuanku. Aku tiba-tiba ingin menangis. Aku binggung harus punya perasaan apa. Apakah aku harus menangis sedih atau menangis terharu. Sedih, karena betapa pedih hidupnya. Atau menangis terharu karena betapa tulus ikhlas hatinya.
Dia bernama Tania, usianya gag jauh dari usiaku, 35 tahun. Wajahnya cantik, badannya tinggi semampai, kulitnya bukan putih tapi kuning langsat. Suaminya seorang General Manager di salah satu perusahaan elektronik. Nampaknya sempurna. Tapi setelah usia pernikahannya yang ke 10 tahun, mereka berdua belum dikarunia keturunan.
"Aku belum merasa lengkap sebagai seorang perempuan", kata Tania padaku di pertemuan kami.
"Dulu, di awal2 tahun Mas Agus tidak mempermasalahkan hal ini"
"Tapi akhir2 ini, aku tahu mas Agus tidak bisa menerima, sehingga dia menyibukan diri dengan urusan kantor, sering jalan ke luar kota"
"Sekarang jadi kasar, salah sedikit marah2"
"Aku sudah mencoba untuk mengajaknya konsultasi ke dokter, tapi dia tidak mau"
"Dia yakin dirinya sehat, dan aku yang tidak normal"
"Sekarang dia tidak suka ngobrol dengan aku, dia lebih suka sibuk dengan teman2 facebooknya"
"Setiap malam minggu, selalu ada pertemuan dengan teman2nya itu"
"Sedangkan aku tidak boleh bergaul dengan banyak orang, karena dia takut aku salah bergaul, katanya".
Tidak ada nada suara sedih di cerita Tania, semua terdengar datar saja. Aku juga heran. Apakah dia merasa baik-baik saja atau dia sudah resistan dengan masalahnya. Tapi aku kagum padanya. Dia tetap seorang istri yang baik, seorang menantu yang baik buat mertuanya. Dia sangat sayang dengan ibu mertuanya dan juga keluarga besar suaminya.
Hingga suatu hari Tania menelponku jam 11 malam, dan suaranya terdengar sangat pelan.
"Rin, aku sedih banget"
"Aku gag kuat lagi hidup begini"
"Tadi siang aku lihat Mas Agus mengandeng seorang wanita di sebuah mall, mesra banget"
"Saat aku telepon menanyakan siapa wanita itu, Mas Agus mengatakan dia istri sirinya"
"Dan yang lebih menyakitkan, dia bilang perempuan itu calon ibu dari anaknya"
Tiba-tiba aku binggung harus berkata apa. Aku hanya mampu berkata "Tenang say, coba ambil air wudhu dan mohon diberikan ketenangan sama Allah"
Tania melanjutkan, " Kamu tau gag, seminggu yang lalu aku ambil hasil laboratorium dari dokter kandungan, dan hasilnya, aku terkena kanker leher rahim, Rin, sudah stadium 3, hingga rahimku harus diangkat"
"Aku sedih Rin, aku gag tau lagi aku harus bagaimana"
"Aku merasa gagal, Rin, jadi seorang perempuan"
"Mas Agus tahu ?", tanyaku
"Iya dia sudah tau, dan bukannya dia iba, tapi dia makin benci padaku"
"Segala sumpah serapah keluar dari bibirnya buat aku", katanya lagi.
................
Blank !, aku gag bisa mikir apa-apa....
Ya Tuhan, satu lagi sahabatku yang memiliki masalah berat dalam hidupnya... Berilah aku kekuatan untuk menjadi sahabat yang bisa menguatkan hatinya, ya Allah.
Tut,tut, tut. Tiba-tiba sambungan teleponnya terputus.
"Halo, Tania", kataku. Tapi tidak jawaban.
Secepatnya kuganti baju tidurku, kuambil sweaterku dan kunci mobilku. Malam ini aku harus ke rumahnya...............
Bismillah.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar