"Pernikahan Ideal, adakah ?"


Setelah sekian lama menikah dan mengalami segala suka dan dukanya (hayo jujur, yg sudah menikah pasti juga ada dukanya khan ??), aku sering berpikir apa ada ya pernikahan ideal itu ?. Dan seperti apa ya pernikahan yang ideal itu ?

Akhirnya dari browsing sana-sini, ada nih artikel tentang 'pernikahan ideal'. Aku dapetin dari Blog Popsy - Jurnal Psikologi Modern. Oke, aku share ya mudah-mudahan ada manfaatnya.. :

Motivasi Menikah

Menurut konselor perkawinan dan keluarga, ada banyak hal yang memotivasi seseorang untuk melangsungkan pernikahan, antara lain:

  • memperoleh kebahagiaan,
  • merancang masa depan bersama,
  • memiliki anak,
  • hubungan seks,
  • lepas dari rongrongan orang tua,
  • status,
  • kehidupan ekonomi lebih baik,
  • keluar dari keluarga yang penuh konflik,
  • menyenangkan orang tua,
  • melepaskan diri dari pacar yang abusive,
  • mengejar umur, dan
  • hamil di luar rencana.

Dan, karena pernikahan sama artinya dengan mempersatukan dua orang dengan latar belakang berbeda untuk seumur hidup, dimana perubahan akan selalu terjadi dan masalah akan sering muncul, maka dari itu persiapan menuju pernikahan menjadi suatu hal yang sangat penting.

Persiapan ini yang nantinya bisa menjadi salah satu pondasi dalam membangun pernikahan yang kokoh.

Untuk bisa mewujudkan pernikahan yang kokoh, ada beberapa keterampilan penting yang perlu diketahui calon suami-istri, yaitu:

  1. komunikasi yang efektif,
  2. ekspresi cinta,
  3. penanganan masalah, dan
  4. hubungan seks.

Komunikasi Efektif

Pasangan, walaupun menggunakan satu bahasa yang sama, Bahasa Indonesia, namun belun tentu komunikasi mereka bisa berjalan dengan baik. Mereka pasti terpengaruh oleh gaya komunikasi dalam keluarga mereka sendiri, kondisi emosi dan fisik, dan juga pengalaman sebelumnya. Contoh perbedaan dalam berkomunikasi yang sering terjadi antara lain adalah:

Pria cenderung bicara singkat dan padat, bosan mendengarkan cerita yang panjang, dan ingin selalu memberikan solusi. Sedangkan, wanita senang bercerita mendetil, ingin didukung, namun belum tentu membutuhkan solusi.

Pria lebih banyak bicara dengan melibatkan fakta tanpa perasaan, sedangkan wanita, kebalikannya; melibatkan perasaan serta pengalaman subyektif.

Pemahaman akan bagaimana gaya berkomunikasi serta pengalaman-pengalaman komunikasi sebelumnya dari pasangan, adalah salah satu pondasi dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Lanjutannya, adalah saling memahami satu sama lain.

Ekspresi Cinta

Menurut Gary Chapman, setiap manusia memiliki cara mengungkapkan cinta masing-masing. Namun, secara umum, ungkapan cinta itu terbagi ke dalam 5, yaitu:

  1. Words of affirmation (ungkapan afirmasi). Bentuknya antara lain: kata-kata yang membesarkan hati, ungkapan dengan nada suara lembut, permintaan dengan kerendahan hati, atau pujian.
  2. Quality time (waktu berkualitas). Bentuknya antara lain: memberikan perhatian penuh, kasih sayang dan menikmati kebersamaan. Menikmati kebersamaan ini bisa berupa komunikasi timbal balik (saling mendengar dan bercerita) dan melakukan kegiatan bersama (nonton film, bepergian, dll).
  3. Receiving gifts (menerima hadiah). Bentuk ungkapan cinta ini adalah yang paling mudah dipelajari. Contohnya adalah memberi hadiah dan kejutan.
  4. Acts of service (pelayanan). Pasangan tentu memiliki kesibukan atau pekerjaan masing-masing. Bentuk ekspresi cinta ini adalah dengan memberikan bantuan pada pasangan ketika sedang membutuhkan bantuan. Misalnya, suami membantu istri untuk mengurus anak, atau istri membantu suami ketika sedang mengerjakan pekerjaan. Namun pemberian bantuan ini hanya akan memperkuat rasa cinta jika dilakukan dengan senang hati, bukan karena rasa bersalah atau terpaksa.
  5. Physical touch (sentuhan fisik). Sentuhan fisik yang dimaksud disini bukan melulu aktifitas seksual, melainkan bisa hanya berupa sentuhan di pundak, tangan, dsb. Bentuknya antara lain: pijatan, kecupan, menggandeng tangan, mengusap punggung, dll. Konon, ungkapan sentuhan ini sangat efektif dalam mengkomunikasikan cinta.

Bila pasangan memiliki cara yang sama dalam mengekspresikan cinta, hal ini tak akan menjadi masalah besar. Namun jika pasangan memiliki cara yang berbeda, juga tidak apa-apa. Pasangan tersebut haruslah mulai beradaptasi dengan cara mulai mengungkapkan cintanya sesuai dengan yang disukai pasangannya. Ingat! Penekanannya adalah dalam hal menyenangkan pasangan, bukan hanya memenuhi kebutuhan pribadi.

Penanganan Masalah

Selanjutnya, konselor yang juga bergerak di bidang anak autis ini mengutarakan cara menangani masalah dalam pernikahan. Menurutnya, ada 2 masalah yang muncul dalam pernikahan, yaitu masalah yang berulang serta masalah yang bisa dipecahkan.

Masalah yang berulang adalah sebuah masalah yang sudah berulang kali coba dipecahkan, namun tetap saja muncul. Masalah ini juga kadang menimbulkan pertengkaran. Contohnya antara lain: sifat keras dari pasangan, sifat pemalu pasangan. dsb. Penyelesaian masalah ini adalah dengan menerima kondisi pasangan apa adanya.

Sedangkan masalah yang bisa dipecahkan biasanya tidak memiliki muatan emosi yang besar, seperti masalah pengaturan waktu, mengatur kesibukan, dsb.

Hubungan Seks

Keterampilan terakhir yang dibahas namun seringkali dinilai tabu untuk dibahas secara umum, adalah keterampilan dalam hubungan seksual. Hubungan seksual yang dimaksud disini adalah segala kegiatan, mulai dari bersentuhan, hingga yang lebih intim.


Dari uraian di atas, bisa disimpulkan :

  1. Tidak ada pernikahan yang ideal. Setiap pernikahan pasti akan didera masalah,
  2. Kebahagiaan dalam pernikahan datangnya dari diri sendiri, yaitu cara pandang pasangan terhadap masalah yang mendera. Jika pasangan melihat masalah sebagai cobaan menuju arah yang lebih baik, mereka (mudah-mudahan) akan bisa melewatinya dengan baik pula,
  3. Kuncinya adalah komitmen satu sama lain dalam membangun pernikahannya.
............

So, menurutmu adakah '
Pernikahan Ideal' itu ?, terserah deh...!.hehehehehe
Love u...

0 komentar: