Laranya Ara



Bergegas Ara menyelesaikan menyiapkan makan siang untuk anak-anaknya. Siang ini, entah kenapa, ia merasa rindu dengan ibunya. Ibu yang telah meninggalkannya selama-lamanya setahun yang lalu. Ara ingin berziarah ke makam ibunya.

Dengan motor maticnya dia berangkat ke jl. Siti Sonyo, tempat ibunya 'beristirahat'. Sampai di sana dia segera membersihkan rumput, menyapu dan mengelap nisan ibunya hingga bersih. Di letakkannya setangkai mawar kuning, yang dia petik dari halaman rumahnya.

"Ini mawar dari halaman rumahku, bu". Kemudian Ara mengirimkan doa buat ibunya dengan khusyuk. Setelah berdoa, dia lama tertegun, tak terasa ada air mata mengembang di sudut matanya. Ada gundah yang menyesakkan dadanya. Ada yang ingin ia ceritakan pada ibunya, tanpa maksud mengganggu 'tidur tenang' sang bundanya.

"Ibu, apa kabarnya ?", sapanya membuka pembicaraan dengan ibunya. "Aku sedang sedih bu. Sebenarnya aku nggak mau menyusahkan ibu, tapi aku juga nggak tahu harus cerita kemana"

"Bu, aku ingat, dulu ketika ayah meninggalkankan kita karena terjerat wanita lain, ibu dengan mudahnya memaafkan ayah. Begitu juga kejadian kedua, ketiga dan keempat. Ibu dengan cinta dan maaf yang seolah tak berbatas, memaafkan ayah, yang terus dan terus mengulang kesalahan yang sama.

Saat itu aku kesal dengan ibu !. Aku menganggap ibu adalah wanita yang tak berprinsip, wanita yang lemah, wanita yang -maaf bu- nggak punya harga diri. Walaupun saat itu ibu sudah menjelaskan padaku artinya satu pengorbanan buat hal yang lebih besar, yakni bertahan demi kami anak-anak ibu. Tapi alasan itupun tak bisa aku terima. Hingga saat ayah meninggalpun, aku tak sedikitpun menangis kan bu ?.

Ah maafkan aku ayah..".

Ara, menarik nafas panjang, airmatanya makin deras membasahi nisan ibunya.

"Bu, dan sekarang, akupun mengalami hal yang sama dengan ibu. Terkhianati oleh suamiku. Dia pergi dengan perempuan lain. Dan, seperti juga ibu, aku tak berdaya, dan tak berbuat apa-apa, juga demi anak-anakku, bu..."

Komplek pemakaman itu hening. Hening, sampai terdengar bunyi tetesan air mata Ara yang jatuh deras ke atas nisan ibunya....

0 komentar: