Kamu, Aku, Kita dan Dunia = Damai



Seperti biasa pagi ini aku menunggu jemputan untuk menuju kantor. Satu bis kecil yang disiapkan kantor untuk beberapa karyawan yang memiliki satu wilayah tempat tinggal. Aku tinggal di Depok.

Dalam satu bis, ada beberapa teman dari beberapa kantor dalam satu holding di perusahaan kami. Berbagi latar belakang, jabatan, jenis kelamin dan tentu saja pola pikir.

Kantorku ada di Gedung Bidakara, Jl. Jend. Gatot Subroto. Sambil menghabiskan waktu yang lumayan panjang dalam bis (kami biasanya melewati tol Cibubur kemudian masuk Tol Dalam Kota), aku selalu membawa buku untuk kubaca. Lumayan, siapa tahu ada pelajaran indah, ide cantik atau apapun yang pasti aku yakini dengan membaca buku aku jadi lebih 'pintar' guna menunjang pekerjaanku sebagai seorang Sekretaris yang harus bisa mengarang surat, mengarang perjanjian, dan (kadang) membuatkan 'puisi protes' buat atasanku.. hihihi...

Waktu itu buku yang sedang kubaca adalah seri motivasi dari seorang motivator yang sudah cukup ternama dan di juluki resi manajemen. Kebetulan beliau memiliki keyakinan yang berbeda dari aku. Saat asyik membaca buku itu, tiba-tiba seorang teman, kebetulan adalah seorang laki-laki menyapaku, "Sedang baca buku apa Rien ?"
Tanpa menjawab, aku tunjukan bukuku.

Begitu dia melihat buku yang sedang aku baca, dia berkata,
"Kok baca buku itu sih ?" "Bukannya dia nggak seagama dengan kita?""Paling tidak kalau dia tidak sama keyakinannya dengan kita, pandangan hidupnya pasti berbeda dengan kita"
....Bla..bla...bla.., temanku tadi terus nyerocos dengan mata kuliah PAI-nya.

Aku diam mendengarkan. Lalu aku bertanya, "Udah pernah baca buku ini ?". Dia menjawab. "Belum". Hmmm...aku tersenyum. Sepertinya percuma aku membahas satu hal tentang satu hal yang belum diketahuinya. Aku hanya tersenyum, lalu kututup bukuku dan aku mengalihkan pandangan keluar jendela. Menikmati kemacetan di luar sana.

Sepanjang perjalanan, aku berpikir, apakah untuk melihat satu kebaikan harus selalu dari golongan yang sama ?Bukankah kita bisa belajar tentang kebaikan dari mana saja ? Dari pohon, dari gunung, dari laut, dari semut dan dari makhluk Tuhan lainnya ? Bukankah bahkan terkadang alam membawa 'suara' Tuhan ?

Di luar, aku melihat pemandangan yang bermacam-macam. Ada seorang bapak yang memaki-maki seorang penjual air mineral karena menyenggol kaca spion mobil mewahnya, ada perempuan yang sibuk berdandan dalam mobilnya, karena mungkin tidak sempat berdandan dari rumahnya, karena harus berangkat pagi-pagi ke kantor (ini pemandangan biasa di Jakarta), ada yang tidak sabar dengan menekan klakson mobilnya keras-keras karena kemacetan yang panjang, padahal dia tahu suara klaksonnya tidak mungkin bisa mengurai kemacetan ini.

Dengan begitu banyak manusia dengan segala perilakunya dan (mungkin) dengan keteladanan yang bisa aku ambil hikmahnya, apakah juga aku harus bertanya, "MAAF, AGAMA ANDA APA ?"..........hmmm..

AllahuAkbar !!

0 komentar: