....andai saja...


"Sesuatu akan lebih terasa berharga, bila sudah tak ada.."


Cahyo duduk terdiam menatap 2 bungkusan besar baju kotor yang siap dibawa ke laundry. Dia menghela napas panjang. 'Nanti siang anak-anak makan apa ya ?', pikirnya. Kemarin soto ayam, dua hari yang lalu soto sapi, kok jadi soto terus ya ?. Trus apalagi ya ?, otaknya bekerja keras.

Rasa capek tiba-tiba menelusuri tubuh dan pikirannya. Lagi-lagi dia menghela napas panjang. Dia teringat, Asty istri tercintanya.

Cahyo Utomo, laki-laki berumur 38 tahun, telah ditinggal oleh istri tercintanya, Asty Asmorowati untuk selamanya. 2 bulan yang lalu. Rasa duka itu masih tersisa di hati Cahyo.
Dia dengan dua orang anaknya yang masih remaja, Sita dan Aryo sangat kehilangan.
Asty adalah ibu teladan buat mereka, ibu dan istri yang sangat sabar, baik dan 'ngladeni'. Cahyo dan kedua anaknya sangat tergantung pada Asty. Dari handuk dan pakaian dalam yang disiapkan Asty buat suami dan anak-anaknya, hingga makan kemana kita malam ini, semua dilakukan oleh Asty.

Asty nggak suka memakai jasa PRT. Dia lebih suka mengerjakan pekerjaan rumat tangga sendiri. Lebih puas katanya. Tapi 2 bulan yang lalu, Asty meninggalkan orang-orang terkasihnya karena kanker leher rahim, yang ternyata selama ini tidak pernah dirasakannya.

Tiba-tiba saja airmata Cahyo kembali menetes. Dia teringat saat Asty masih ada, terkadang apa yang dilakukan Asty tidak berkenan di hatinya. Ketika Asty menyetrika baju kerjanya kurang licin, Cahyo selalu berpikir bahwa Asty nggak becus. Saat Asty merasa nggak enak badan dan nggak masak karena terlalu capek, Cahyo juga berpikir, ibu macam apa ini. Ketika Asty 'terpaksa' ngomel karena anaknya SMS an terus, Cahyo berpikir Asty adalah perempuan paling cerewet dan galak..

Cahyo kembali menghela napas dalam. Kenapa ya saat itu dia tidak merasa bersyukur punya istri yang sangat 'mrantasi' ?. Kenapa ya saat itu dia tidak memberi perhatian lebih pada istrinya, yang terkadang terlihat capek banget ?, kenapa ya..kenapa ya...ah sudah terlambat.

Ternyata jadi seorang ibu rumah tangga itu tidak semudah yang Cahyo kira. Ternyata tidak hanya pekerjaan fisik saja, tapi juga membutuhkan pikiran yang cerdas, manajemen waktu yang baik agar semua pekerjaan rumah dapat terselesaikan. Dan Cahyo menyadari bahwa rasanya tak cukup waktu 24 jam buat seorang ibu menyelesaikan tugas-tugasnya. Menyiapkan baju kerja, baju sekolah, masak, nyuci baju, menyapu dan beberes rumah, cuci piring yang nggak pernah berhenti, menemani belajar anak-anak, dan saat semua sudah -seperti- selesai, seorang ibu akan menjadi seorang istri yang siap meladeni suami...Ah betapa berat tugasnya...

Lagi-lagi Cahyo menghela napas. Maafkan aku Asty, bisiknya dalam hati. Seharusnya aku lebih perhatian denganmu, seharusnya aku berterima kasih setiap hari padamu..Maafkan aku Asty, aku selalu mencintaimu...

Lamunan Cahyo berakhir saat Aryo berkata, "Pa, aku kangen spagheti bikinan mama..."

0 komentar: